Tertekan 4 Hari Beruntun, Saatnya Batu Bara Sinyalkan Bangkit

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 April 2021 10:33
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan ini harga batu bara tertekan dengan pelemahan 4 hari perdagangan secara beruntun. Secara week to date (wtd) harga batu bara sudah 4 hampir 4%.

Awal pekan ini harga batu bara termal berjangka ICE Newcastle masih di atas US$ 90/ton. Namun setelahnya harga si batu legam ambles. Kemarin harga batu bara masih ditutup dengan koreksi.

Namun penurunannya relatif kecil. Ini bisa jadi indikator pembalikan harga mengingat sebelumnya volatilitas harga cukup terbaca. 

Harga kontrak batu bara ICE Newcastle yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka tersebut turun 0,06% ke US$ 88,1/ton. Penurunannya jauh lebih kecil dibanding tiga hari sebelumnya yang mencapai lebih dari 1%. 

Peluang kenaikan harga si batu legam ke depan masih terbuka. Ekonomi China yang semakin bergeliat membuat kebutuhan listrik pun meningkat. Menurut State Grid Corporation of China (SGCC), konsumsi listrik Negeri Tirai Bambu di kuartal kedua berpotensi naik 9% (yoy).

Di saat yang sama pasokan batu bara domestik China masih terbilang ketat. Stok di pelabuhan Qinhuangdao China tercatat sebesar 4,21 juta ton dan jauh di bawah target pemerintah 5 juta ton jelang musim restoking saat musim panas tiba.

Terjadi kecelakaan baru di industri pertambangan di provinsi Gansu China barat laut pada 19 April. Ini merupakan kecelakaan keempat di sektor batu bara negara itu bulan ini sehingga menekan pihak berwenang untuk meningkatkan inspeksi keselamatan di tambang batu bara yang selanjutnya dapat membatasi produksi.

Aktivitas operasi di 52 tambang batu bara di provinsi Shanxi yang merupakan penghasil terbesar di China telah ditangguhkan karena ada inspeksi keselamatan menyusul tiga kecelakaan fatal terkait pertambangan selama Januari-Maret. Akibatnya banyak importir batu bara China yang secara agresif melakukan impor.

Meskipun ada kekurangjelasan atas sistem kuota impor China, yang menggarisbawahi pentingnya penyetokan ulang musim panas. Banyak utilitas China telah mendesak badan perencanaan ekonomi utama negara itu, NDRC, untuk menawarkan transparansi yang lebih besar dalam sistem kuota impor untuk membantu memudahkan pembelian batu bara yang diangkut melalui laut.

"Kami belum menerima instruksi apa pun tentang berapa banyak kuota impor yang tersedia untuk penyetokan ulang musim panas," kata seorang pedagang China kepada Argus Media.

"Kami berasumsi bahwa tidak adanya pembatasan impor yang terlihat mungkin merupakan cara halus untuk memberi kami lampu hijau untuk mengambil kargo lewat laut. Ini hanya risiko yang harus kami tanggung saat mengambil batu bara impor."

Ketatnya pasokan batu bara China membuat harga si batu legam lokal terbang tinggi. Harga batu bara termal Qinhuangdao masih berada di atas RMB 762/ton. Jauh di atas target pemerintah di rentang RMB 500 - RMB 570/ton. Faktor inilah yang membuat harga batu bara termal Newcastle tetap kuat di atas US$ 80/ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Akhirnya Setelah 7 Bulan Batu Bara Tembus US$ 65/ton Juga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular