Koreksi Tipis-tipis, Harga Batu Bara Masih di Atas US$ 84/ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 December 2020 17:44
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak batu bara termal Newcastle dalam dua hari perdagangan terakhir mengalami koreksi pasca menyentuh rekor harga tertinggi barunya tahun ini di US$ 84,5/ton.

Kemarin (17/12/2020), harga kontrak futures batu bara Newcastle yang aktif diperdagangkan ini turun 0,18% ke US$ 84,05/ton. Koreksi yang terjadi di dua hari terakhir juga tipis saja.

Harga spot batu bara Newcastle berkalori tinggi kembali bergerak naik tajam minggu lalu. Harga patokan Newcastle 6322kcal GAR FOB spot naik 4,6% secara week on week (wow) menjadi US$ 77,7/on t Jumat lalu.

Kekurangan pasokan spot telah berkontribusi pada kenaikan harga batu bara termal Australia dengan kaloritinggibaru-baru ini. China yang pada awal Oktober secara informal melarang impor batu bara Australia, biasanyatidak membeli batu bara energi tinggi, melainkan lebih memilihbatu bara berkalori rendah seperti dengan kandungan energi 5500kcal / kg dan lebih rendah.

Perseteruan antara Australia dengan China memasuki babak baru. Tak terima karena dianggap merugikan Negeri Kanguru membawa permasalahannya dengan Negeri Panda ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Sebelumnya China memutuskan menaikkan bea masuk impor untuk komoditas jelai dari Australia. Australia meminta WTO menyelidiki tarif China atas impor jelai atau barli, sejenis serealia untuk pakan ternak penghasil malt. China menerapkan bea masuk hingga 80% untuk jelai asal negeri benua itu.

Atas kebijakan tersebut, Australia merasa dirugikan dan akan mengadu ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).Tarif jelai dan larangan batu bara merupakan sebagian dari serangan China ke Australia. Serangkaian sanksi lain juga diberikan Beijing akibat komentar Australia terkait corona, Xinjiang dan aktivitas China di Laut China Selatan.

Koreksi harga batu bara yang terjadi saat ini sebenarnya adalah hal yang lumrah dan sehat mengingat kenaikannya yang sangat fantastis sepanjang bulan Desember ini. Kenaikan harga batu bara juga bukan tanpa alasan karena ada perbaikan dari sisi fundamentalnya.

Relaksasi kebijakan impor China dan kenaikan permintaan impor batu bara dari India membuat harga batu bara pun terdongkrak. Seperti di Indonesia misalnya harga batu bara acuan (HBA) bulan Desember mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 59,65/ton dari bulan sebelumnya di US$ 55,71/ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Tak Kapok Cetak Rekor, Harga Batu Bara Tembus US$ 61/Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular