
Ogah Kendor, Harga Batu Bara Mepet ke US$ 70/ton Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures batu bara masih ogah kendor. Sempat balik arah akhir pekan lalu, kemarin mepet lagi ke level US$ 70/ton. Di awal pekan ini harga kontrak futures batu bara termal Newcastle ditutup menguat 0,58% ke US$ 69,95/ton.
Harga si batu legam memang belum mencapai level tertinggi sepanjang tahun di US$ 77,15/ton pada 13 Januari lalu. Namun dengan tercapainya level US$ 70/ton, harga komoditas unggulan RI dan Australia ini sudah berada di level awal tahun.
Harga batu bara sudah mulai merangkak naik sejak minggu kedua bulan Oktober. Bahkan di sepanjang bulan November harga kontrak batu bara Newcastle telah melesat 17,38%.
Kenaikan ini dipicu oleh beberapa sentimen utama terutama yang datang dari perkembangan terbaru vaksin Covid-19. Hasil uji klinis tahap akhir yang menjanjikan ketiga kandidat vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, Moderna dan AstraZeneca yang membuat pasar sumringah.
Dari sisi demand, meningkatnya permintaan impor batu bara dari China dan India bulan November memberikan tekanan ke atas terhadap harga batu bara ketika para produsen memilih untuk memangkas produksinya akibat permintaan dan harga yang drop signifikan akibat lockdown.
Tingginya impor China dan India berhasil mendongkrak harga komoditas ini. Maklum, China adalah negara importir batu bara nomor satu dan dua di dunia.
Berdasarkan data Reuters, impor batu bara China pada November 2020 hingga pekan keempat adalah 17,72 juta ton. Melonjak nyaris 60% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara impor batu bara India dalam periode yang sama adalah 19,38 juta ton. Naik 6,78% dibandingkan bulan sebelumnya. Impor batu bara Negeri Bollywood terus menanjak selepas semester I-2020 seiring pelonggaran karantina wilayah (lockdown).
Meskipun impor batu bara China mengalami kenaikan tetapi hubungan antara Beijing dengan Canberra tak bisa dikatakan akur. Tensi geopolitik bilateral keduanya dipicu oleh dukungan Australia untuk menginvestigasi asal muasal wabah Covid-19.
Secara informal China dikabarkan memboikot produk batu bara Australia sehingga pengiriman dari Negeri Kanguru ke Negeri Panda menjadi lebih rendah. China berdalih bahwa rendahnya impor dari Australia merupakan keputusan pribadi para konsumennya.
Melansir Reuters, China mengatakan impor batu bara dari Australia gagal memenuhi standard lingkungan yang ditetapkan menurut Kementerian Luar Negeri China sehingga puluhan pengiriman tertahan di pelabuhan.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kebiasaan orang China melakukan penilaian pemantauan risiko terhadap keamanan dan kualitas batu bara impor, dan kami menemukan banyak batu bara impor gagal memenuhi standar lingkungan," kata juru bicara kementerian Zhao Lijian.
Data bea cukai menunjukkan impor batu bara kokas China dari Australia merosot pada bulan Oktober menjadi 1,53 juta ton, atau sekitar 26% dari total impor bahan bakar, pangsa pasar impor merosot dibandingkan dengan 30% pada September dan 78% pada Maret lalu yang merupakan level tertinggi setidaknya sejak 2018.
Berbeda dengan Australia yang ekspor batu baranya ke China bermasalah, Indonesia justru kedatangan berkah. China akan membeli batu bara termal senilai US$ 1,467 miliar dari Indonesia tahun depan kata Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI).
Kesepakatan perdagangan tersebut ditandatangani antara APBI dan China Coal Transportation and Distribution pada hari Rabu pekan lalu (25/11/2020).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Tak Kapok Cetak Rekor, Harga Batu Bara Tembus US$ 61/Ton