
Cerita di Balik Melesatnya Investor Reksa Dana

Head of Investment PT Avrist Asset Management Tb. Farash Farich menilai salah satu faktor yang membuat investasi reksa dana semakin dilirik adalah proses pembeliannya yang cukup mudah, terutama setelah bisa dilakukan secara online.
Hal ini didorong oleh perkembangan teknologi dan munculnya Agen Penjual Reksa Dana (Aperd) digital. Sehingga masyarakat tidak perlu lagi mengantri di bank ketika ingin membeli produk reksa dana.
"Produk dari MI akan disesuaikan terutama terkait jumlah nilai minimum subscription dan redemptionnya sehingga tidak terlalu besar untuk investor individu. Jadi adanya Aperd membantu sekali untuk inklusinya," kata Farash kepada CNBC Indonesia.
Dengan begitu produk reksa dana yang dirancang oleh MI bisa lebih menjangkau investor ritel. Dari sisi biaya pun menurutnya masih jauh lebih efisien untuk investor, karena biasanya Aperd digital tidak mengenakan biaya tambahan ketika pembelian dan penjualan.
Jumlah akun investor individu di Avrist Asset Management pun bertambah 100 ribu dalam satu tahun terakhir. Sebelumnya, akun individu menurutnya tidak banyak hanya sekitar 5.000 sejak 2017. Artinya ketika pandemi Covid-19 jumlah investor malahan naik, seperti yang terjadi di instrumen saham.
"Mulai tahun lalu mencolok sekali, investor individunya sangat aktif," katanya.
Meski demikian untuk variasi produk kalau dari jenis yang ada saat ini tidak berbeda jauh dengan sebelumnya. Yang membedakan, dengan adanya Aperd digital adalah fiturnya yang berbeda terkait minimum size. Setiap produk yang dirancang menurutnya pun akan dicocokan dengan dengan produk lainnya yang sudah ada
"Untuk create produknya di setiap Aperd bisa berbeda tergantung minat dari Aperdnya juga, misalnya mereka perlunya pasar uang, maka kita jual reksa dana pasar uang syariah dan konvensional." katanya.
Sementara itu, Head of Product Development and Investment Specialist Sucor Asset Management Lolita Liliana mengatakan sejak bekerja sama dengan Aperd pertumbuhannya meningkat signifikan. Pada 2019 dibandingkan 2018 pertumbuhan sebesar 195%, kemudian pada 2020 sebesar 244%, dan hingga April 2021 pertumbuhan 23%.
Saat ini jumlah investor Sucor AM sebanyak 346 ribu, dengan investor individu yang mendominasi 99,9%, dibandingkan investor institusi. Adapun jumlah dana kelolaan Sucor AM per 30 April 2021 senilai Rp 15,44 triliun.
"Jumlah nasabah (SID) kami telah bertumbuh menjadi di atas 281 ribu nasabah per akhir tahun 2020, atau sekitar 8.86% dari total nasabah industri, bertumbuh 244.52% di sepanjang tahun 2020. Pertumbuhan ini menunjukkan pertumbuhan kepercayaan nasabah yang sejalan dengan tujuan dari regulator untuk menumbuhkan tingkat literasi di Indonesia," kata Lolita.
Dia menilai tren pertumbuhan investor ini masih akan bertahan, terutama dengan kemudahan pembukaan rekening maupun transaksi melalui digital channel juga akan mendukung pertumbuhan jumlah investor maupun investasi terutama dari generasi muda.
"Per Maret 2021 71% nasabah kami merupakan nasabah berusia muda yakni kurang dari 30 tahun sehingga kami yakin hubungan jangka panjang dapat terus terjalin," kata dia.
Ketua Dewan Presidium Asosiasi Pelaku Reksa Dana & Investasi (APRDI), Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan 93% dari total investor reksa dana adalah ritel. "Kenaikan jumlah investor ritel ini salah satunya karena peran Aperd Online. Kami percaya peranan mereka akan semakin meningkatkan pertumbuhan industri reksa dana karena semakin mudah dijangkau," jelasnya.
Selain itu, faktor lainnya adalah meningkatnya literasi masyarakat terkait dengan produk keuangan khususnya investasi, hal ini berkat program edukasi yang dilakukan bersama oleh OJK, SRO, para pelaku, dan asosiasi.
Dia mengatakan, secara umum memang masih banyak tantangan dalam mengembangkan industri reksa dana. Pertama adalah maraknya investasi ilegal dan penipuan investasi yang mencatut nama manajer investasi resmi.
"Hal ini dapat membuat masyarakat tertipu dan merugikan nama pelaku serta reksa dana secara umum," tuturnya.
Yang kedua adalah tentang edukasi mengenai investasi. Literasi tentang investasi di Indonesia walaupun sedikit meningkat banum masih relatif rendah dibandingkan negara lain. Hal ini yang membuat masyarakat gampang di imingi dan ditipu oleh investasi ilegal.
Halaman selanjutnya >>>>>>>>>>> Bibit.id Menjadi Motor
(dob/dob)