
Kabar Baik Luar-Dalam Gak Direspons, Apa Kabar IHSG Sesi II?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menguat di awal perdagangan kemudian berbalik melemah menjadi kebiasaan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pekan ini. Hal yang sama terjadi pada perdagangan Jumat (7/5/2021), IHSG membuka perdagangan dengan menguat 0,2% mendekati level psikologis 6.000.
Tetapi setelahnya berbalik melemah 0,41% dan mengakhiri perdagangan sesi I di 5.945,932.
Investor asing yang beberapa hari terakhir melakukan beli bersih kali ini berbalik net sell sebesar Rp 39,61 di pasar reguler.
Saham yang paling banyak diobral asing adalah saham bank pelat merah dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar kedua di bursa domestik. Apalagi kalau bukan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Asing lepas BBRI senilai Rp 42,3 miliar dan harganya turun hampir 0,5%.
Sentimen positif sebenarnya datang dari eksternal, bursa saham AS (Wall Street) melesat dengan indeks Dow Jones mencatat rekor tertinggi sepanjang masa. Bursa saham utama Asia juga menguat semua.
Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (Cadev) bulan April naik menjadi US$ 138,8 miliar yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
Kenaikan tersebut artinya BI punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah jika mengalami gejolak. Hal tersebut tentunya membuat investor asing lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri.
Sayangnya kabar baik dari luar dan dalam negeri tersebut belum mampu mengangkat IHSG di sesi I. Sementara di sesi II tekanan bagi IHSG menjadi lebih besar jika dilihat dari sisi teknikal.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG sudah menembus support terdekat kisaran 5.950, dan terancam kembali masuk ke pola Descending Triangle, yang merupakan pola bearish atau tren menurun.
Jika kembali masuk ke dalam pola Descending Triangle, artinya IHSG mengalami false breakout seperti yang pernah terjadi sebelumnya. IHSG sempat melewati garis atas, sayangnya kembali ke bawahnya dan tertekan lagi.
Batas bawah pola tersebut berada di kisaran 5.890 yang akan menjadi support kuat.
Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski masih jauh dari wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara stochastic pada grafik 1 jam berbalik turun meski belum mencapai wilayah overbought.
IHSG selama tertahan di bawah 5.950 berisiko turun ke ke kisaran 5.920. Jika level tersebut dilewati, IHSG berisiko merosot ke batas bawah pola Descending Triangle 5.890.
Sementara jika kembali ke atas 5.950, IHSG berpeluang rebound ke 5.970, sebelum menuju ke 6.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ditopang Kenaikan Komoditas, IHSG Siap Tembus Level 6.700
