Review Kuartal I-2021

Nah Ini Pemicu Minyak-CPO Melesat Saat 'Tsunami' Covid India

Tirta, CNBC Indonesia
03 May 2021 13:20
Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Foto: Warga mengantre untuk mendapatkan vaksin COVID-19 di Mumbai, India, Senin, 26 April 2021. (AP / Rafiq Maqbool)

Secara teoritis seharusnya serangan gelombang kedua wabah Covid-19 di India membuat harga komoditas berguguran. Namun nyatanya tidak demikian. Empat komoditas yang berkaitan erat dengan India justru membukukan kenaikan harga.

Harga batu bara sebulan terakhir mondar-mandir di US$ 85 - US$ 90 per ton untuk kontrak berjangka batu bara termal ICE Newcastle. Namun pada April harganya masih tercatat naik 1,3%. 

Kuatnya harga batu bara didukung dengan kenaikan konsumsi listrik di China yang mencapai 8% di tengah penurunan pasokan batu bara akibat inspeksi tambang yang dilakukan pemerintah lokal. Alhasil harga batu bara acuan China melonjak tajam melampaui batas atas yang ditetapkan pemerintah. 

Mengingat batu bara impor jauh lebih murah, kenaikan harga batu bara domestik membuat batu bara impor menjadi lebih menarik. Kebijakan kuota impor yang sebelumnya ketat pun dilonggarkan. 

Kini perusahaan utilitas bisa lebih leluasa mengimpor batu bara dari negara lain kecuali Australia karena Negeri Panda dan Negeri Kanguru sedang berseteru. 

Kemudian harga emas masih tercatat naik 3,6%. Memang permintaan emas fisik untuk perhiasan menurun drastis. Namun permintaan untuk investasi memiliki nasib yang berbeda. 

Kenaikan harga emas dibarengi degan pelemahan dolar AS, yield obligasi pemerintah AS dan juga kejatuhan aset digital Bitcoin. Namun sejatinya di sepanjang tahun 2021 harga emas cenderung tertekan. 

Beralih ke duo minyak. Harga minyak mentah dan minyak sawit menjadi jawara komoditas di bulan April. Harga minyak Brent tercatat naik 5,8% bulan lalu.

Meskipun para kartel yang tergabung dalam OPEC+ sepakat untuk menggenjot produksi mulai bulan Mei tetapi pasar masih yakin bahwa surplus pasokan bisa ditekan dan permintaan minyak tahun ini akan naik 6 juta barel per hari (bph). 

Bagaimanapun juga kenaikan harga minyak dan pemulihannya dari tekanan pandemi merupakan jasa OPEC+ yang memangkas produksi secara besar-besaran. Kenaikan harga minyak juga turut mengerek naik harga minyak sawit. 

Tingginya harga minyak sawit mentah hingga ke rentang tertinggi dalam 10 tahun juga diakibatkan oleh prospek ketatnya pasokan karena kekurangan tenaga kerja di sektor perkebunan sawit Malaysia. Namun harga diramal bakal turun pada paruh kedua tahun ini seiring dengan membaiknya produksi. 

Well, India memang pasar yang besar bagi hampir seluruh komoditas. Namun kenaikan harga komoditas yang berkaitan erat dengan India tersebut tak hanya menunjukkan adanya dinamika supply & demand tetapi juga lanskap pasar yang lebih luas dibarengi dengan adanya berbagai tindakan yang cenderung spekulatif.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular