Rekor! Harga Timah to the Moon, Begini Nasib TINS-INCO dkk

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
03 May 2021 09:44
Dok.PT Timah
Foto: Dok.PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah mencapai rekor tertinggi sejak pertama kali diperdagangkan di bursa domestik. Mengacu data bursa timah ICDX (Indonesia Commodity and Derivatives Exchange), rata-rata harga timah pada kuartal I sampai pertengahan April tahun ini terpantau stabil pada rentang level US$ 28.000/ton.

ICDX mencatat, fundamental timah yang kuat turut mendukung harga timah untuk bergerak naik secara signifikan.

Tidak hanya di bursa komoditas lokal, harga timah kontrak 3 bulan di London Metal Exchange (LME) juga melesat sebesar 39,73% sejak awal tahun ke US$ 28.975/ton per 30 April 2021. Adapun dalam sebulan belakangan, harga timah LME juga terkerek sebesar 11,88%.

Kenaikan harga juga terjadi untuk timah pembelian langsung, yang naik dari US$ 21.034/ton menjadi US$ 32.193/ton secara year to date (Ytd).

Grafis Harga TimahFoto: Grafis Harga Timah
Grafis Harga Timah

Lantas, seiring kenaikan harga timah tersebut, bagaimana dengan kinerja saham-saham emiten timah dan nikel Tanah Air hingga perdagangan terakhir di April lalu?

Saham mana yang paling cuan seiring dengan terkereknya harga timah?

NEXT: Analisis saham TINS dkk

Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan tabel mengenai kinerja saham emiten timah-nikel dalam sebulan dan setahun terakhir, per Jumat (30/4/2021).

Menurut tabel di atas, dari enam emiten timah-nikel yang diamati, semuanya secara umum menunjukkan kinerja yang ciamik, baik dalam kurun sebulan maupun setahun belakangan.

Bahkan, tiga di antaranya mencatat rekok kenaikan harga tertinggi dalam 5 tahun terakhir pada kuartal I tahun ini. Sebut saja, saham ANTM yang menyentuh all time high pada 20 Januari lalu di harga Rp 3.190/saham.

Setali tiga uang dengan ANTM, saham TINS dan INCO juga mencapai puncak tertinggi pada awal tahun ini. TINS mencapai harga tertinggi dalam 5 tahun belakangan pada 18 Februari 2021 di Rp 2.390/saham. Sementara, INCO pada 21 Januari 2021 di posisi Rp 6.725/saham.

Adapun duo emiten timah-nikel pelat merah, ANTM dan TINS berhasil mencatatkan kenaikna harga tertinggi dalam setahun belakangan.

ANTM meroket 471,10% dalam 12 bulan terakhir, sementara dalam sebulan saham ini melejit 11,16%. Kemudian, saham TINS 'terbang' 317,85% dalam setahun belakangan, diikuti oleh kenaikan sebulan sebesar 9,15%.

Apabila menilik kinerja fundamental, Antam memang mencatatkan kinerja yang positif di tahun lalu. Pasalnya laba bersih perusahaan selama 2020 meroket hingga 492,90% secara tahunan (year on year (YoY).

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan, tercatat laba bersih ANTM tahun lalu mencapai Rp 1,14 triliun. Dibanding dengan laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 193,85 miliar.

Di tengah kenaikan laba tersebut, kinerjapendapatan mengalami penurunan 16,33% YoY menjadi senilai Rp 27,37 triliun dari posisi 31 Desember 2019 yang senilai Rp 32,71 triliun.

Situasi berbeda dengan TINS, yang mana kembali membukukan rugi bersih pada tahun lalu, di tengah kenaikan harga saham yang luar biasa.

Sepanjang 2020, TINS kembali menanggung rugi bersih sebesar Rp 340,60 miliar. Angka ini menyusut ketimbang rugi bersih pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 611,28 miliar. Seiring rugi bersih tersebut, pendapatan TINS juga merosot 21,33% menjadi Rp 15,22 triliun.

NEXT: Update Harga Timah

Dilansir dari siaran pers ICDX, bursa timah ICDX membukukan nilai transaksi mencapai Rp 2,4 triliun pada kuartal pertama 2021 dengan volume transaksi timah mencapai 6294 metrik ton.

Adapun rata-rata harga timah ICDX pada Kuartal I sampai pertengahan April terpantau stabil pada rentang level US$ 28.000 per ton. Angka tersebut merupakan angka capaian rata-rata tertinggi sejak timah diperdagangkan melalui Bursa ICDX atau sejak 30 Agustus 2013.

Peningkatan signifikan timah ini terjadi seiring fundamental timah yang kuat sehingga mendukung harga timah untuk bergerak lebih tinggi.

Manajemen ICDX menjelaskan, kebutuhan permintaan timah yang semakin meningkat sejalan dengan kembali normalnya operasional perusahaan elektronik dan manufaktur global yang membutuhkan timah sebagai bahan baku semikonduktor.

Contohnya, dalam perakitan produk era modern dalam bentuk barang elektronik dan robotik, mobil elektrik, baterai dan infrastruktur energi. Hal ini terlihat dari volume transaksi timah yang diperdagangkan melalui bursa timah ICDX sampai pertengahan April telah mencapai 7936 metrik ton dan mencatatkan harga timah dengan level tertinggi.

Praktis, ini menjadi penanda kembali aktifnya perdagangan timah Indonesia dengan tren pertumbuhan yang meningkat.

Dengan harga perdagangan timah Bursa ICDX yang sempat menyentuh US$ 29.450 per ton pada Maret 2021 ini menjadi referensi harga timah dunia. Tentu, ini katalis positif bagi perdagangan timah Tanah Air.

"Harga rata-rata timah Bursa ICDX lebih tinggi dibandingkan London Metal Exchange (LME) dan Kuala Lumpur Tin Market (KLTM), tentunya ini akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan para penjual timah tujuan ekspor", ujar Bambang Setioso kepala tim logistik ICDX Group, dikutip CNBC Indonesia, Senin (3/5/2021).

Mengutip ICDX, peningkatan harga timah dari sisi harga dan juga volume ini menjadi momentum kebangkitan perdagangan timah pada 2021, mengingat perdagangan timah Indonesia merupakan salah satu penyumbang perekonomian domestik.

Sejurus dengan itu, harga timah yang tinggi akan menambah nilai royalti kepada Provinsi Bangka dan juga penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dalam bentuk pajak maupun non pajak atas kegiatan ekspor timah Indonesia.

Bambang menjelaskan, timah akan menjadi sangat vital bagi industri masa depan yang berporos pada renewable energy dan juga komputasi robotik yang menjadi fitur utama dan fokus pengembangan teknologi.

Kebutuhan akan timah akan sangat bergantung pada Indonesia yang merupakan salah satu pusat produksi dan eksportir timah terbesar ke pasar global.

Pada Kuartal I tahun ini, kebutuhan global akan timah masih didominasi oleh pasar Asia dan Eropa . Korea Selatan, Singapura, India, Taiwan, Belanda dan Jepang merupakan 6 negara tujuan ekspor terbesar timah Indonesia.

Negara tujuan ekspor tersebut merupakan negara-negara yang mendominasi industri elektronik dan manufaktur dan membutuhkan timah dalam skala besar untuk operasionalnya.

"Prospek permintaan yang meningkat dan keterbatasan pasokan timah akan menjadi pondasi kuat untuk harga timah dapat melanjutkan tren kenaikan pada 2021."tutup Bambang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular