
Bos Siloam Curhat Kas Seret, Apa Benar? Cek Fakta 6 Emiten RS

Jakarta, CNBC Indonesia - Baru-baru ini Caroline Riady, Wakil Presiden Direktur PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), pengelola jaringan rumah sakit (RS) Siloam International milik Grup Lippo, bercerita soal arus kas (cash flow) perusahaan yang sempat hanya bersisa untuk 21 hari.
Ini terjadi ketika manajemen harus 'berdarah-darah' menghadapi pagebluk Covid-19 di awal kemunculannya Maret tahun lalu.
Asal tahu saja, arus kas adalah jumlah aliran kas dan setara kas yang keluar atau masuk dalam periode tertentu. Sebagaimana diketahui, kas adalah salah satu aset yang mudah dicairkan alias likuid. Apabila arus kas positif, itu berarti perusahaan bisa mendapatkan laba atau untung. Begitu pula sebaliknya.
Dia mengatakan hal ini terjadi karena banyak pasien yang ketakutan untuk ke rumah sakit. Jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap mengalami penurunan signifikan, sehingga pemasukan ke Siloam berkurang.
"Pada suatu hari direktur keuangan saya sampaikan, 'bu kita cashflow udah tinggal 21 hari', dan pada saat itu pasiennya juga takut ke rumah sakit jadi nggak ada pasien berobat," ujar Caroline dalam program Ask d'Boss, dilansir Detikfinance.
Namun, kendati sempat mengaku arus kas seret pada Maret tahun lalu, kinerja SILO sepanjang 2020 malah membaik secara tahunan.
Sepanjang full year 2020, laba bersih SILO tercatat mencapai Rp 116,16 miliar, pulih dari tahun 2019 yang merugi bersih Rp 338,77 miliar. Pemulihan kinerja menjadi laba ini seiring dengan pendapatan 2020 yang naik menjadi Rp 7,11 triliun dari 2019 Rp 7,02 triliun.
Adapun arus kas operasional mencapai Rp 1,34 triliun per akhir Desember 2020, naik 105,15% dari Rp 651,51 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara, kas dan setara kas per akhir periode 2020 naik 188,96% menjadi sebesar Rp 907,54 miliar.
Adapun laporan keuangan terbaru per 31 Maret 2021, laba bersih tercatat mencapai Rp 144 miliar di kuartal I-2021,melesat 789% dari periode yang sama tahun lalu Rp 16,20 miliar.
Sementara itu, pendapatan meningkat menjadi Rp 1,91 triliun, tumbuh 32,5% dibandingkan Rp 1,44 triliun di Q1-2020.
Arus kas bebas Siloam mencapai Rp 510 miliar di Q1-2021, dibandingkan dengan Rp 294 miliar di Q1-2020, tumbuh 73,4%.
Arus kas operasional mencapai Rp 622 miliar pada triwulan pertama 2021 dibandingkan dengan Rp 417miliar pada Q1-2020, tumbuh 49,2%.
Pada akhir kuartal pertama 2021, kas dan setara Siloam adalah Rp 1,13 triliun.
Lantas, bagaimana kondisi arus kas emiten pengelola RS lainnya di kala pagebluk melanda dunia sejak tahun lalu?
Untuk membandingkan dengan SILO, Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara ringkas arus kas lima emiten rumah sakit lainnya sepanjang tahun pandemi 2020.
Kelima emiten tersebut, yakni emiten pengelola rumah sakit Omni Hospitals, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), pengelola RS Hermina PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).
Lalu, pengelola RS Mitra Keluarga PT Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) dan pengelola RS Mayapada milik taipan Dato Sri Tahir PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) dan pengelola RS Metro Hospital Grup, PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE).
Dari keenam emiten RS di atas, tiga emiten sudah melaporkan kinerja keuangan per akhir 2020 dan bahkan per kuartal I 2021. Tiga emiten tersebut ialah SAME, SILO dan MIKA.
Sementara, sisanya, HEAL, SRAJ dan CARE masih menggunakan laporan keuangan kuartal III tahun lalu.
NEXT: Intip Arus Kas Emiten RS
