Investor Pilih Ekstra Hati-Hati, Harga Mayoritas SBN Melemah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 April 2021 18:52
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas ditutup melemah pada Selasa (27/4/2021), di tengah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) jelang pengumuman hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) mengenai kebijakan moneter Negara Adidaya tersebut.

Mayoritas SBN acuan cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield-nya. Namun, penurunan yield masih terjadi di SBN bertenor 3 tahun, 5 tahun, dan 25 tahun dan tentunya ketiga SBN tersebut masih ramai dikoleksi oleh investor.

Yield SBN bertenor 3 tahun dengan kode FR0039 turun 0,6 basis poin (bp) ke level 4,979%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo dengan seri FR0081 juga turun 1,3 bp ke 5,525%, dan SBN dengan tenor 25 tahun berseri FR0067 turun 0,3 bp ke 7,563%.

Sementara, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara naik 1,8 bp ke posisi 6,453%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Beralih ke AS, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun kembali naik pada sore hari ini waktu Indonesia. Berdasarkan data dari situs World Government Bond pada pukul 17:15 WIB, yield Treasury AS tenor 10 tahun naik 1,5 basis poin ke level 1,583% dari sebelumnya di level 1,568%.

Tren kenaikan yield Treasury kembali terjadi jelang pengumuman hasil rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengenai kebijakan moneter Negara Paman Sam tersebut.

Pelaku pasar global memperkirakan tidak akan ada perubahan dalam kebijakan moneter, tetapi mereka menanti apakah komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell akan mengubah nada kebijakannya terkait dengan inflasi.

Sementara itu, perkembangan kasus virus corona (Covid-19) di global juga masih menjadi perhatian pelaku pasar obligasi. Di Jerman, kasus aktif Covid-19 yang kembali meninggi membuat pemerintah setempat kembali memberlakukan aturan pembatasan aktivitas masyarakat yang lebih ketat dan bakal berlaku hingga Juni nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurang Dorongan Sentimen Positif, Harga SBN Berakhir Mixed

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular