Senja Kala Ritel: Matahari Mau Tutup 13 Gerai, Centro Cabut!

Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 April 2021 14:20
Centro Bintaro Exchange (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Centro Bintaro Exchange (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Selain Matahari yang mengalami tekanan, dampak pandemi juga dirasakan emiten toko ritel lainnya yakni pengelola jaringan ritel Centro, PT Tozy Sentosa.

Gerai ritel Centro Department Store di Plaza Ambarrukmo, Yogyakarta, resmi tutup mulai Rabu (17/3/2021). Centro termasuk jaringan ritel milik Parkson Retail Asia Limited (Ltd) yang tercatat di Bursa Singapura (SGX), yang dikelola oleh Tozy Sentosa. Sementara di negeri jiran Malaysia, terafiliasi dengan Parkson Holdings Berhad yang tercatat di Bursa Malaysia.

Parkson Retail Asia Ltd didirikan pada 1987 silam. Dilansir dari laporan keuangan perusahaan per Juni 2020, Parkson adalah salah perusahaan bisnis ritel department store di kawasan Asia. Perusahaan ini pertama kali melantai di Bursa Singapura pada 3 November 2011.

Secara total, sampai 30 Juni tahun lalu perusahaan ini memiliki 61 gerai department stores, terdiri dari 42 gerai di Malaysia, 4 di Vietnam dan 15 di Indonesia.

Selain berfokus pada bisnis fashion, Parkson juga memperkenalkan outlet makanan dan minuman untuk melengkapi department stores mereka.

Per Juni 2020, UOB Kay Hian PTE LTD tercatat menjadi pemegang saham pengendali Parkson dengan jumlah saham 479.800.600 saham atau 71,21% dari porsi total saham perusahaan.

Kemudian, HSBC (Singapore) Nominees PTE LTD menguasai 4,95% saham atau 33.337.700 saham, Phillip Securities PTE LTD memegang 1,03% saham atau setara dengan 6.963.300 saham. Sisanya, saham Parkson dipegang oleh pemegang saham di bawah 1%.

Menurut laporan keuangan Juni 2020, Parkson membukukan pendapatan SG$ 269,33 juta atau setara Rp 2,88 triliun (kurs Rp 10.700/S$), turun dari SG$ 398,54 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Setali tiga uang, perusahaan masih membukukan rugi bersih SG$ 84,93 juta sampai Juni tahun lalu atau setara Rp 909 miliar. Angka tersebut lebih anjlok dari periode yang sama 2019, yakni rugi bersih sebesar SG$ 34,60 juta.

Kembali ke Tozy, setelah sebelumnya Centro di Plaza Ambarrukmo Yogyakarta, ditutup, kini toko dari grup yang sama juga dikabarkan terkena imbasnya, yakni Centro di Bintaro Xchange, Tangerang Selatan, Banten.

Tak hanya itu, tekanan datang berupa gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atas Tozy Sentosa yang diajukan sejumlah perusahaan yang diwakili oleh firma hukum milik Hotman Paris Hutapea, Law Firm Hotman Paris & Partners. Pengajuan PKPU ini telah diajukan sejak 3 Maret 2021.

Perkara ini terdaftar dengan nomor 106/Pdt.Sus-PKPU/2021/PN Jkt.Pst dan diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Penutupan gerai Centro di Plaza Ambarrukmo Yogyakarta dan Centro di Bintaro Xchange, Tangsel, Banten, ini pun menimbulkan kekhawatiran sektor ini kian tertekan.

"Ada kabar demikian [tutup], tapi masih menunggu informasi resminya [dari Centro]" kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja kepada CNBC Indonesia.

Di sisi lain, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah pun mengatakan peritel besar memang kesusahan untuk bertahan di masa pandemi, sehingga banyak yang menutup gerai karena mahalnya biaya operasional.

"Tadi yang disebutkan Centro dan Giant itu adalah big format. Kalau big format memang makin besar retail makin sulit karena kondisi tahun lalu belum bisa berproduksi maksimal sehingga tingkat traffic menurun, cost sewa mahal," jelasnya di program Closing Bell CNBC Indonesia.

Budi menjelaskan cash flow pelaku ritel tidak lagi seperti sebelum pandemi. Pemasukan tidak bisa didapat setiap hari, hanya hari-hari tertentu ada pembelian, sehingga pendapatannya menurun 50%-80% itu membuat strategi jangka pendek berantakan. Makanya masih dibutuhkan bantuan likuiditas dari pemerintah.

Sebab itu, momentum puasa dan lebaran diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat, sehingga pendapatan dari ritel bisa terangkat sedikit di masa pandemi ini.

"Lebaran dan Puasa itu setiap tahun momentum besar bagi pedagang ritel untuk berjualan. Mau dari pedagang makanan, baju, sepatu elektronik, momen puasa lebaran harus dijaga untuk pemulihan ekonomi," katanya.

"Kalau ada pesanan barang takutnya tidak bisa terpenuhi, karena serba salah cash flow terganggu untuk melakukan penyetokan," jelas Budi.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular