Jadi Berapa Besar Bunga Bank Turun Lagi? Ini Kata Wadirut BNI

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
27 April 2021 12:13
Dok: BNI
Foto: Dok: BNI

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bank Negara Indonesia (Persero) mengungkapkan perseroan sudah melakukan penyesuaian suku bunga kredit seiring dengan rendahnya suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level tetap 3,50%.

Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati mengatakan hingga akhir Februari 2021, BNI sebetulnya sudah menurunkan SBDK atau Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) sebesar 155-320 bps (basis poin).

"Penurunan SBDK tersebut dilakukan seiring menurunkan COF [beban bunga, cost of fund] BNI," katanya usai paparan kinerja kuartal I-2021, di Jakarta, Senin kemarin (26/4/2021).

Sebagai informasi, SBDK biasa digunakan sebagai dasar penetapan suku bunga kredit yang akan dikenakan oleh bank kepada nasabahnya. SBDK ini ialah suku bunga dasar paling rendah karena bank belum menghitung premi risiko dari kredit tersebut.

Dia menjelaskan penurunan SBDK ke depan tidak akan sebesar yang sudah dilakukan lantaran suku bunga saat ini masih rendah.

"Ke depannya penurunan SBDK tidak akan sebesar yang dilakukan saat ini, ruang penurunan COF cenderung lebih terbatas dibanding 2020, suku bunga kredit saat ini berada di terendah dibanding tahun sebelumnya."

Sebelumnya, Bank Indonesia sudah memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Tahun ini, BNI melaporkan penyaluran kredit di kuartal I-2021 tumbuh 2,2% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 559,33 triliun, jauh lebih baik dibandingkan rata-rata industri.

Dalam kesempatan itu, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan untuk Rencana Bisnis Bank (RBB) perseroan menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini di kisaran 6-19% dan dana pihak ketiga (DPK) 3-5%, margin bunga bersih (NIM, net interest margin) 4,6-4,8%.

"Dalam RBB, kami telah mempertimbangkan kondisi ekonomi dan memproyeksikan dari ekonomi makro dan mikro sebagai pertimbangan," katanya.

"Kredit akan kami dorong pertumbuhan di kisaran 6-9%,DPK 3-5%, NIM 4,6-4,8%. Sasaran yang ingin kami tuju diupayakan ada beberapa langkah strategis. Pertama, meningkatkan kualitas kredit dengan manajemen risiko. Kedua, meningkatkan digital capability, ketiga ekspansi bisnis berkelanjutan, keempat tingkatkan CASA[current account saving account] dan FBI[fee based income] melalui transaksi."

"Kita juga akan mengoptimalkan jaringan di internasional dengan memperkuat kerja sama. Keenam, kita akan meningkatkan kontribusi anak perusahaan," jelas mantan Dirut PT Bank Mandiri (Persero) Tbk(BMRI) ini.

Per kuartal I-2021, perseroan melaporkan laba bersih sebesar Rp 2,39 triliun, dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio ditetapkan pada level 200,5%, lebih tinggi dari posisi akhir tahun 2020 yang sebesar 182,4%.

Sebagai perbandingan laba bersih kuartal I-2020 BNI yakni sebesar Rp 4,25 triliun, artinya laba 3 bulan tahun ini turun 43,76%.

Perseroan memang membentuk pencadangan (cadangan kerugian penurunan nilai/CKPN) yang sesuai untuk menghadapi risiko penurunan kualitas aset serta menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang. Itu sebabnya, pada kuartal 1 tahun 2021, perseroan tetap membentuk CKPN yang tinggi sebesar Rp 4,81 triliun atau meningkat 127,7% di atas CKPN kuartal I Tahun 2020 yang sebesar Rp 2,11 triliun.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News! Bank BNI Bagi Dividen Rp 7,32 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular