
Per Maret, Restrukurisasi Kredit BNI Capai Rp 84,3 T

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyatakan sampai dengan Maret 2021 nilai restrukturisasi kredit bagi debitur yang terdampak Covid-19 mencapai Rp 84,4 triliun.
Direktur Manajemen Risiko BNI, David Pirzada mengatakan, nilai kredit yang direstrukturisasi tersebut sebesar 15% dari total portofolio kredit BNI. Nilai ini, kata David, lebih rendah 17-18% dari posisi restrukturisasi kredit Desember 2020.
"Total restrukturisasi kredit Maret 2021, sebesar Rp 84,3 triliun, sebesar 15% dari total portofolio BNI, terjadi penurunan 17-18% dibanding Desember 2020," kata David, dalam paparan publik, Senin (26/4/2021).
Strategi yang dilakukan BNI terkait debitur yang direstrukturisasi ini katanya dengan melakukan identifikasi debitur, analisa risiko untuk menentukan zonasi debitur dan menentukan risk profile-nya.
"Zonasi itu kita masukan dalam 3 kategori, green, yellow dan red. Kedua, penilaian khusus apakah debitur bisa bertahan, setelah itu asesmen karakter debitur, keberlanjutaan bisnis," ungkapnya.
Adapun besaran debitur yang direstrukturisasi tersebut yang berpotensi menjadi kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sampai dengan kuartal pertama tahun ini mencapai 2,1%.
"Masih sesuai proyeksi kita10% dari total restrukturisasi kredit yang kemungkinan potensi ke NPL. Potensi NPL ke depan akan lebih kecil dibanding 2020," ujarnya.
BNI menargetkan, rasio kredit bermasalah di tahun ini akan berada di bawah 4%.
Sektor yang Prospek
Pada kesempatan sama, Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini menilai, di kuartal kedua tahun ini ada beberapa sektor bisnis yang masih memiliki prospek untuk tumbuh.
Dia menjelaskan, tren ini sebetulnya mulai terlihat di kuartal pertama di mana penyaluran kredit BNI lebih banyak disalurkan ke sektor manufaktur atau 33% dari total portofolio kredit, sektor telekomunikasi 13,6% dan real estate 12%.
"Di Q1, pertumbuhan kredit 2,2% secara yoy lebih baik dibanding rata-rata industri dengan total kredit yang disalurkan Rp 599,33 triliun," kata Novita.
Menurutnya, secara tren di kuartal kedua setelah berakhirnya periode Ramadan dan Lebaran, permintaan kredit diperkirakan akan kembali meningkat. Sektor-sektor yang mulai menunjukkan prospek antara lain kesehatan, telekomunikasi, dan energi terbarukan
"Dengan kondisi ini pertumbuhan kredit di Q2 akan sedikit lebih baik dari Q1-2021," katanya.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setahun Lebih Pandemi, BNI Restrukturisasi Kredit Rp 123 T