Bisnis Digital Kerek Kinerja BNI di Awal 2021

Jakarta, CNBC Indonesia- Pada awal tahun pemulihan ekonomi Indonesia 2021, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba perusahaan sebelum pencadangan atau Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP).
Pada kuartal I-2021, PPOP tercatat sebesar Rp 7,84 triliun atau meningkat 5,9% dibandingkan kuartal I-2020, yaitu Rp 7,4 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perseroan untuk menghasilkan laba sebelum pencadangan terus meningkat, dan bahkan telah di atas kondisi sebelum pandemi meluas di Indonesia.
Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini, mengatakan salah satu fokus utama kebijakan BNI saat ini adalah adanya pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Oleh karena itu beragam langkah telah disiapkan demi mewujudkan kinerja yang berkelanjutan tersebut, yaitu antara lain menetapkan target kinerja yang berbasiskan profitabilitas, dan tidak hanya menekankan pada pertumbuhan aset semata.
Bekal PPOP tersebut menambah ruang bagi perseroan untuk tetap mengambil langkah dan kebijakan strategis, untuk memastikan kinerja keuangan perseroan tetap sehat dan berkelanjutan. Di antaranya dengan secara konservatif membentuk pencadangan (CKPN) yang sesuai untuk menghadapi risiko penurunan kualitas aset, serta menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang.
"Itu sebabnya, pada kuartal I-2021, perseroan tetap membentuk CKPN yang tinggi sebesar Rp 4,81 triliun atau meningkat 127,7% di atas CKPN kuartal I-2020 yang sebesar Rp 2,11 triliun," ujar Novita.
Dengan nilai CKPN yang dibentuk tersebut, BNI melaporkan laba bersih pada kuartal I-2021 sebesar Rp 2,39 triliun, dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio ditetapkan pada level 200,5% atau lebih tinggi dari posisi akhir 2020 yang sebesar 182,4%.
Selain itu, perseroan dapat merealisasikan pendapatan non bunga atau fee based income sebesar Rp 3,19 triliun. Pencapaian ini antara lain dikontribusikan dari recurring fee yang mencapai Rp 2,91 triliun, atau tumbuh 9,4% dari posisi yang sama tahun sebelumnya.
"Dengan fundamental yang semakin kuat dan berjalannya program transformasi perusahaan, termasuk transformasi layanan digital, kami yakin bahwa kinerja BNI hingga akhir tahun 2021 dapat lebih baik dibandingkan dengan tahun 2020," ujar Novita.
Lebih rinci pada kuartal I-2021, perseroan mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,1% year on year (YoY) mencapai Rp 639,0 triliun, terutama dikontribusikan oleh peningkatan giro dan tabungan yang masing-masing tumbuh 13,1% dan 12,9% YoY.
Perseroan juga membukukan NIM yang membaik dari 4,5% di akhir tahun 2020 yang lalu menjadi 4,9%. Pencapaian ini juga diikuti dengan pertumbuhan kredit 2,2% YoY, jauh lebih baik dibandingkan rata-rata industri di mana hingga kuartal I-2021, total kredit yang disalurkan mencapai Rp 559,33 triliun.
Salah satu yang mendorong kinerja BNI adalah percepatan transformasi layanan digital yang berfokus pada tiga layanan champion, yaitu Pertama, Peningkatan Kapabilitas Mobile Banking secara berkelanjutan (pada segmen konsumer). Kedua, terus meningkatkan Platform Transactional Banking yang kuat yaitu melalui produk BNI Direct dan solusi cash management terintegrasi (segmen korporasi). Dan Ketiga, memperluas layanan digital BNI melalui kerjasama dengan fintech, e-commerce, serta ekosistem bisnis lainnya melalui Application Programming Interface/ API Digital Service BNI.
Pada user BNI Mobile Banking mencapai 8,56 juta pada kuartal I-2021 atau tumbuh 58,4% dibandingkan kuartal I-2020 yang sebesar 5,41 juta nasabah. Dari sisi nilai transaksi pun tercatat Rp 138 triliun pada Maret 2021 atau tumbuh 33,2% dibandingkan Maret 2020 sebesar Rp 103 triliun.
Adapun jumlah transaksi yang dilakukan melalui BNI Mobile Banking adalah sebanyak 95 juta pada kuartal I-2021 atau meningkat 50,4% dibandingkan kuartal I-2020 yang mencapai 63 juta transaksi.
Berikutnya, nasabah platform digital transactional banking atau BNI Direct mencapai lebih dari 72 ribu, meningkat 24% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan volume transaksi di 3 bulan pertama tahun 2021 mencapai Rp 968 triliun yang meningkat 22,7% dibandingkan periode yang sama di 2020.
Hal ini mempertegas inisiatif BNI untuk terus meningkatkan layanan digital tidak hanya kepada nasabah ritel, namun juga kepada nasabah korporasi dan UMKM yang jumlahnya mencapai 83,6% dari total kredit yang disalurkan. Investasi berkelanjutan di platform transactional banking akan terus menjadi prioritas, mengingat hampir separuh dari dana murah BNI berasal dari nasabah aktif pengguna BNI Direct.
Ketiga, API Digital Service BNI yang mulai dikembangkan sejak 2018, dan kini sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Saat ini, BNI telah menyediakan 238 API services, terbanyak d iantara bank di Indonesia, dengan jumlah pengguna lebih dari 3.000 klien.
[Gambas:Video CNBC]
Kelola Aset, Taspen Percayakan pada Kustodian BNI
(dob/dob)