Erdogan Lockdown Turki, Rupiah Jadi Lemah! Kok Bisa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 April 2021 09:20
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Kekhawatiran terhadap pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di sejumlah negara membuat investor ragu untuk bermain 'menyerang'.

Pada Selasa (27/4/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.480 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun beberapa menit kemudian rupiah melemah. Pada pukul 09:08 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.490 di mana rupiah terdepresiasi 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,28% sehingga berada di Rp 14.480/US$. Ini adalah posisi terbaik rupiah sejak 30 Maret 2021.

Setelah kuartal I-2021 yang begitu berat, langkah rupiah lebih ringan memasuki kuartal II-2021. Sejak awal kuartal ini, rupiah menguat 0,28% terhadap dolar AS secara point-to-point.

Akan tetapi posisi rupiah belum sepenuhnya aman. Masih banyak risiko yang bisa 'menggoyang' mata uang Ibu Pertiwi.

Risiko terbesar apa lagi kalau bukan pandemi virus corona. Setelah sempat adem, penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini kembali meluas.

Halaman Selanjutnya --> India Sengsara Gara-gara Corona

Saat ini perhatian dunia tertuju ke India. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di Negeri Bollywood per 26 April 2021 adalah 17.313.163 orang. Bertambah 352.991 orang dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (13-26 April 2021), rata-rata tambahan pasien positif mencapai 270.389 orang per hari. Melonjak lebih dari dua kali lipat ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 106.291 orang per hari.

Sementara total jumlah pasien yang meninggal dunia per 26 April 2021 adalah 195.123 orang. Bertambah 2.812 orang dibandingkan hari sebelumnya, rekor tertinggi sejak virus corona mewabah di negara tersebut.

Dalam dua minggu terakhir, rata-rata yang tutup usia bertambah 1.782 orang setiap harinya. Melonjak tajam dibandingkan rerata dua pekan sebelumnya yaitu 595 orang per hari.

"Jika Anda belum pernah menghadiri kremasi, maka aroma kematian tidak akan pernah Anda lupakan. Hati saya hancur, sangat berduka bagi seluruh keluarga dan sahabat yang sedang melalui cobaan berat ini," kata Vipin Narang, Profesor Ilmu Politik di Massachusetts Institute of Technology (MIT), melalui cuitan di Twitter.

Nestapa di India mengundang simpati dunia. Inggris, Jerman, dan AS berkomitmen untuk memberi bantuan medis bagi India. WHO juga mengirimkan bantuan medis tambahan buat India.

"Kasus corona di India lebih dari menyayat hati. WHO akan melakukan semua yang bisa dilakukan, menyediakan peralatan medis vital termasuk persediaan oksigen. Kami juga membangun rumah sakit lapangan dan fasilitas laboratorium," tegas Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, sebagaimana diwartakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Jerman dan Turki Lockdown (Lagi)

Ternyata bukan hanya India, Eropa juga masih bergumul dengan virus corona. Jerman kemungkinan akan memperpanjang karantina wilayah (lockdown) hingga akhir Mei.

"Kami butuh rencana untuk mengembalikan hidup menjadi normal lagi. Namun bukan rencana yang kemudian ditarik beberapa hari kemudian," kata Olaf Scholtz, Menteri Keuangan Jerman, seperti diberitakan Reuters.

Meski sudah menerapkan lockdown, tetapi perjuangan Negeri Panser melawan virus corona belum usai. WHO melaporkan jumlah pasien positif coronaper 26 April 2021 adalah 3.299.325 orang. Bertambah 11.907 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien baru adalah 20.558 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 16.374 orang per hari.

Selama lockdown, pemerintah Jerman memberlakukan jam malam antara pukul 22:00 hingga 05:00 di wilayah dengan kasus melebihi 100 per 100.000 penduduk selama tiga hari berturut-turut. Pemerintah juga membatasi jumlah peserta pertemuan di luar ruangan maupun pengunjung pusat perbelanjaan. Siswa harus kembali belajar jarak jauh di daerah dengan kasus 165 per 100.000 penduduk dalam tiga hari beruntun.

Di Turki, pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan memutuskan kebijakan lockdown penuh skala nasional mulai Kamis waktu setempat hingga 17 Mei 2021. Menurut Erdogan, Turki harus bersakit-sakit dahulu untuk bisa memperoleh kesenangan pada kemudian hari.

"Nanti pada saat Eropa memasuki fase pembukaan kembali (reopening), kita harus bisa mengurangi kasus menjadi di bawah 5.000 orang per hari agar tidak tertinggal. Kalau tidak, maka kita harus membayar mahal karena berbagai sektor mengalami tekanan, mulai dari pariwisata, perdagangan, sampai pendidikan. Jadi lockdown ini akan diterapkan seketat mungkin agar hasilnya bisa segera terlihat," tegas Erdogan, seperti dikutip dari Reuters.

Per 26 April 2021, WHO melaporkan jumlah pasien positif corona di Negeri Kebab adalah 4.629.969 orang. Bertambah 38.553 orang dari hari sebelumnya.

Dalam dua pekan terakhir, rata-rata tambahan pasien baru adalah 55.783 orang per hari. Lebih tinggi ketimbang rerata dua minggu sebelumnya yakni 44.660 orang saban harinya.

Angka in masih sangat jauh dari target Erdogan yaitu di bawah 5.000 kasus per hari. Butuh kerja keras untuk menuju ke sana, dan mungkin lockdown adalah opsi yang paling realistis.

Berbagai perkembangan yang kursng enak didengar seputar pandemi virus corona tersebut membuat pelaku pasar berpikir ulang untuk bermain agresif. Lebih baik bermain aman karena ketidakpastian sedang sangat tinggi.

Ketika ini yang terjadi, maka aset aman seperti dolar AS akan kebanjiran peminat. Akibatnya, mata uang Negeri Paman Sam yang sempat tertekan kini bangkit.

Pada pukul 08:22 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,12%. Jadi wajar saja rupiah masuk jalur merah, wong dolar AS sedang 'bergairah'.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular