Erdogan Lockdown Turki, Rupiah Jadi Lemah! Kok Bisa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 April 2021 09:20
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan vaksin covid
Foto: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menerima suntikan vaksinasi COVID-19 yang diproduksi oleh China Sinovac Biotch Ltd., di Ankara, Turki, Kamis, 14 Januari 2021. (Turkish Presidency via AP, Pool)

Ternyata bukan hanya India, Eropa juga masih bergumul dengan virus corona. Jerman kemungkinan akan memperpanjang karantina wilayah (lockdown) hingga akhir Mei.

"Kami butuh rencana untuk mengembalikan hidup menjadi normal lagi. Namun bukan rencana yang kemudian ditarik beberapa hari kemudian," kata Olaf Scholtz, Menteri Keuangan Jerman, seperti diberitakan Reuters.

Meski sudah menerapkan lockdown, tetapi perjuangan Negeri Panser melawan virus corona belum usai. WHO melaporkan jumlah pasien positif coronaper 26 April 2021 adalah 3.299.325 orang. Bertambah 11.907 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien baru adalah 20.558 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 16.374 orang per hari.

Selama lockdown, pemerintah Jerman memberlakukan jam malam antara pukul 22:00 hingga 05:00 di wilayah dengan kasus melebihi 100 per 100.000 penduduk selama tiga hari berturut-turut. Pemerintah juga membatasi jumlah peserta pertemuan di luar ruangan maupun pengunjung pusat perbelanjaan. Siswa harus kembali belajar jarak jauh di daerah dengan kasus 165 per 100.000 penduduk dalam tiga hari beruntun.

Di Turki, pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan memutuskan kebijakan lockdown penuh skala nasional mulai Kamis waktu setempat hingga 17 Mei 2021. Menurut Erdogan, Turki harus bersakit-sakit dahulu untuk bisa memperoleh kesenangan pada kemudian hari.

"Nanti pada saat Eropa memasuki fase pembukaan kembali (reopening), kita harus bisa mengurangi kasus menjadi di bawah 5.000 orang per hari agar tidak tertinggal. Kalau tidak, maka kita harus membayar mahal karena berbagai sektor mengalami tekanan, mulai dari pariwisata, perdagangan, sampai pendidikan. Jadi lockdown ini akan diterapkan seketat mungkin agar hasilnya bisa segera terlihat," tegas Erdogan, seperti dikutip dari Reuters.

Per 26 April 2021, WHO melaporkan jumlah pasien positif corona di Negeri Kebab adalah 4.629.969 orang. Bertambah 38.553 orang dari hari sebelumnya.

Dalam dua pekan terakhir, rata-rata tambahan pasien baru adalah 55.783 orang per hari. Lebih tinggi ketimbang rerata dua minggu sebelumnya yakni 44.660 orang saban harinya.

Angka in masih sangat jauh dari target Erdogan yaitu di bawah 5.000 kasus per hari. Butuh kerja keras untuk menuju ke sana, dan mungkin lockdown adalah opsi yang paling realistis.

Berbagai perkembangan yang kursng enak didengar seputar pandemi virus corona tersebut membuat pelaku pasar berpikir ulang untuk bermain agresif. Lebih baik bermain aman karena ketidakpastian sedang sangat tinggi.

Ketika ini yang terjadi, maka aset aman seperti dolar AS akan kebanjiran peminat. Akibatnya, mata uang Negeri Paman Sam yang sempat tertekan kini bangkit.

Pada pukul 08:22 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,12%. Jadi wajar saja rupiah masuk jalur merah, wong dolar AS sedang 'bergairah'.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular