Analisis

Sukses Setop Rekor Buruk, Rupiah Bakal Melesat di Pekan Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 April 2021 08:47
rupiah melemah terhadap Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menghentikan tren tidak pernah menguat dalam 9 pekan beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada minggu lalu, setelah menguat 0,27% ke Rp 14.520/US$.

Ini merupakan penguatan mingguan pertama rupiah setelah stagnan pada pekan sebelumnya, dan melemah dalam 8 pekan beruntun. Rentetan tersebut menjadi rekor terburuk sejak September 2015, saat itu rupiah melemah dalam 11 pekan beruntun.

Ruang berlanjutnya penguatan rupiah di pekan ini juga terbuka melihat indeks dolar AS yang melemah 0,96% pada pekan lalu ke 90,859, dan berada di level terendah sejak awal Maret lalu. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini kini sudah melemah dalam 3 pekan beruntun dengan total 2,33%.

Selain itu di pekan ini, ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter.

Ketua The Fed, Jerome Powell berulang kembali menegaskan tidak akan merubah kebijakan moneternya meski pertumbuhan ekonomi serta inflasi di AS naik lebih tinggi ketimbang prediksi.

The Fed menerapkan kebijakan suku bunga 0,25% dan pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan. Kebijakan tersebut merupakan salah satu pemicu kebangkitan bursa saham global, sehingga ketika belum ada indikasi perubahan kebijakan maka dapat membuat indeks dolar kembali tertekan.

Meski demikian, sentimen investor terhadap rupiah belum berubah bullish (memperkirakan menguat) meski sudah mulai membaik.

Dalam tempo 2 pekan sentimen pelaku pasar terhadap mata uang utama Asia berubah drastis. Dari sebelumnya yang tidak menarik dan dilepas, kini kembali dikoleksi.

Hal tersebut tercermin, dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters. Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

2 pekan lalu, investor mengambil posisi short terhadap semua 10 mata uang Asia tersebut. Survei terbaru yang dirilis Kamis (23/4/2021) kemarin investor hanya mengambil posisi short hanya di 3 mata uang saja, sayangnya salah satunya rupiah.

Hasil survei terbaru menunjukkan angka untuk rupiah di 0,56, sedikit membaik ketimbang 2 pekan lalu 0,59. Selain rupiah ada baht Thailand yang juga membaik dari 0,91 ke 0,58. Kemudian rupee India yang paling buruk, investor malah menambah posisi jual rupee hingga ke level tertinggi 1 tahun, di 0,75 dari 2 pekan lalu 0,2.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal 

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah yang disimbolkan USD/IDR cukup besar setelah berada di atas Rp 14.500/US$.

Rupiah berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Potensi penguatan rupiah diperbesar dengan munculnya stochastic bearish divergence. Stochastic dikatakan mengalami bearish divergence ketika grafiknya menurun, tetapi harga suatu aset masih menanjak.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Munculnya stochastic bearish divergence kerap dijadikan sinyal penurunan suatu aset, dalam hal ini USD/IDR bergerak turun, atau rupiah akan menguat.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.500/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.450-14.470/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan lebih jauh di pekan ini setidaknya menuju Rp 14.420 hingga 14.390/US$.

Namun, Selama tertahan di atas Rp 14.500/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.590 hingga 14.610/US$. Jika level tersebut dilewati, rupiah berisko melemah menuju Rp 14.700/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular