Bursa RI Lesu Darah, MI Takut Masuk karena Kasus Jamsostek?

Tri Putra, CNBC Indonesia
21 April 2021 12:15
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Tren kaburnya institusi finansial asing ini tentu saja tak terlepas dari kinerja ekonomi dalam negeri yang kurang ciamik.

Bahkan terbaru Gubernur BI Perry Warjiyo bersama Deputi Gubernur Senior dan Anggota Dewan Gubernur lain dalam RDG BI edisi April 2021 merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada 2021 menjadi 4,1-5,1%. Perkiraan tersebut lebih rendah dari yang sebelumnya yaitu 4,3-5,3%.

"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,1-5,1%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Selasa (20/4/2021).

Angka ini saja sejatinya sudah tergolong kurang oke, apalagi mengingat bahwa IMF baru saja merevisi pertumbuhan ekonomi global menjadi 6% dibandingkan dengan proyeksi bulan Januari silam di angka 5,5%. Di kala pertumbuhan ekonomi global direvisi membaik, pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi malah direvisi turun.

Amerika Serikat (AS) memimpin pemulihan ekonomi. Pada bulan Januari lalu IMF memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,1%, tetapi kini direvisi menjadi 6,4%.

Negara-negara lainnya juga banyak yang PDBnya direvisi naik, Inggris misalnya sebesar 5,3% naik 0,8 poin persentase dibandingkan proyeksi Januari lalu. Kemudian Jepang yang naik 0,2 poin persentase menjadi 3,3%.

PDB China juga diprediksi naik menjadi 8,4% sepanjang tahun ini, dari sebelumnya 8,1%. Negeri Tirai Bambu merupakan negara konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah AS.

Di kuartal I-2021, pertumbuhan PDB yang impresif. Biro Statistik China melaporkan PDB tumbuh 18,3% periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) di 3 bulan pertama tahun ini.

Ini tentunya bukan menjadi kabar yang baik bagi Emerging Market semacam Indonesia yang biasanya menjagokan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan tetapi saat ini malah pertumbuhan ekonominya kalah dibanding negara maju lain.

Maka dari itu tidak heran apabila dana asing yang keluar dari bursa lokal semakin deras. Tercatat selama sebulan terakhir dana asing yang kabur sudah mencapai Rp 5,1 triliun.

Bahkan apabila ditarik dari 3 bulan terakhir, asing sudah melarikan dana sebesar Rp 6,6 triliun dari bursa lokal. Tentu saja dengan kondisi perekonomian yang kurang mendukung angka ini nantinya berpotensi bertambah.

Apalagi di tengah negara-negara tetangga yang beramai-ramai keluar dari resesi seperti Vietnam dan Singapura yang sudah lolos dari resesi,sepertinya Indonesia masih akan terjebak di 'jurang' resesi pada kuartal I-2021. Proyeksi Kementerian Keuangan untuk pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 adalah -0,1% hingga -1%.

"Untuk kuartal I-2021, kami di Kementerian Keuangan memperkirakan dalam kisaran -1% yang terdalam hingga -0,1%. Kita berharap di zona netral, mendekati -0,1%," kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, dalam konferensi pers APBN Kita edisi Maret 2021, Selasa (23/3/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA

(trp/hps)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular