
Corona Parah, Rupiah Merah!

"Kita belum keluar dari hutan belantara pandemi virus corona. Antusiame terhadap dibukanya kembali aktivitas publik mulai mereda," tutur Michael James, Managing Direkctor di Wedbush Securities yang berbasis di Los Angeles (AS), seperti dikutip dari Reuters.
Tidak hanya di AS, berbagai negara pun mengalami lonjakan kasus positif. Kini yang menjadi sorotan adalah India, yang sampai menerapkan karantina wilayah alias lockdown.
Dr Maria van Kerkhove, Epidemiologis WHO, memberi peringatan bahwa penularan virus corona terjadi di seluruh kelompok usia. Penyebabnya adalah pembatasan sosial (social distancing) yang mulai longgar.
"Kami melihat peningkatan transmisi di segala kelompok usia. Ini disebabkan oleh interaksi sosial," tegas Van Kerkhove, sebagaimana diwartakan Reuters.
Meski vaksin sudah tersedia, tetapi tentu tidak bisa mengusir virus corona dalam semalam. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun untuk mendistribusikan vaksin ke seluruh penjuru bumi.
Oleh karena itu, virus corona masih akan bergentayangan. Ini membuat aktivitas dan moblitas manusia masih harus dibatasi, belum bisa sebebas dulu. Artinya, masih butuh waktu untuk mengembalikan potensi ekonomi dunia seperti masa sebelum pandemi.
Persepsi ini yang membikin pelaku pasar agak ragu. Daripada ragu dan kemudian rugi, lebih baik jangan terlalu dalam mengambil posisi. Main aman saja dulu.
Akibatnya, aliran modal yang masuk ke aset berisiko di negara berkembang Asia menjadi seret, termasuk ke Indonesia. Hasilnya bisa ditebak, rupiah jadi merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
