Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Setelah tiga hari 'ngebut', sepertinya mata uang Tanah Air perlu rehat sejenak.
Pada Rabu (21/4/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.500 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,03%% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot di posisi Rp 14.495/US$, menguat 0,34%. Rupiah bahkan menjadi mata uang terbaik di Asia.
Apresiasi kemarin membuat penguatan rupiah terjadi selama tiga hari perdagangan beruntun. Dalam tiga hari tersebut, penguatan rupiah tercatat 0,72%.
Oleh karena itu, sepertinya ada alasan buat investor untuk mengambil untung. Rupiah sekarang sudah 'mahal' sehingga layak dijual. Tekanan jual ini yang membuat rupiah terpeleset ke jalur merah.
Halaman Selanjutnya --> Kasus Corona di AS Naik
Tidak hanya itu, faktor eksternal juga mempengaruhi gerak rupiah hari ini. Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup melemah. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,75%, S&P 500 berkurang 0,68%, dan Nasdaq Composite terkikis 0,92%.
Kejatuhan Wall Street menandakan investor sedang ogah bermain dengan aset-aset berisiko, memilih cari aman. Kali ini, penyebabnya adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kembali menggila.
Di AS, terjadi tren peningkatan kasus positif. Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di Negeri Paman Sam per 20 April 2021 adalah 31.350.025 orang. Bertambah 38.084 orang (0,12%) dibandingkan hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (7-20 April 2021), rata-rata penambahan pasien baru adalah 66.992 orang per hari. Lebih tinggi dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 62.569 orang per hari.
Pun dengan laju pertumbuhannya. Rata-rata pertumbuhan kasus harian selama dua pekan terakhir adalah 0,22% per hari. Terakselerasi dibandingkan rata-rata dua minggu sebelumnya yaitu 0,21%.
Halaman Selanjutnya --> Vaksin Belum Menjamin
"Kita belum keluar dari hutan belantara pandemi virus corona. Antusiame terhadap dibukanya kembali aktivitas publik mulai mereda," tutur Michael James, Managing Direkctor di Wedbush Securities yang berbasis di Los Angeles (AS), seperti dikutip dari Reuters.
Tidak hanya di AS, berbagai negara pun mengalami lonjakan kasus positif. Kini yang menjadi sorotan adalah India, yang sampai menerapkan karantina wilayah alias lockdown.
Dr Maria van Kerkhove, Epidemiologis WHO, memberi peringatan bahwa penularan virus corona terjadi di seluruh kelompok usia. Penyebabnya adalah pembatasan sosial (social distancing) yang mulai longgar.
"Kami melihat peningkatan transmisi di segala kelompok usia. Ini disebabkan oleh interaksi sosial," tegas Van Kerkhove, sebagaimana diwartakan Reuters.
Meski vaksin sudah tersedia, tetapi tentu tidak bisa mengusir virus corona dalam semalam. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun untuk mendistribusikan vaksin ke seluruh penjuru bumi.
Oleh karena itu, virus corona masih akan bergentayangan. Ini membuat aktivitas dan moblitas manusia masih harus dibatasi, belum bisa sebebas dulu. Artinya, masih butuh waktu untuk mengembalikan potensi ekonomi dunia seperti masa sebelum pandemi.
Persepsi ini yang membikin pelaku pasar agak ragu. Daripada ragu dan kemudian rugi, lebih baik jangan terlalu dalam mengambil posisi. Main aman saja dulu.
Akibatnya, aliran modal yang masuk ke aset berisiko di negara berkembang Asia menjadi seret, termasuk ke Indonesia. Hasilnya bisa ditebak, rupiah jadi merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA