Gabung European Super League, Saham MU Nanjak 6%, Juve 17%!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 April 2021 06:22
Juventus (Screenshot Instagram @juventus)
Foto: Juventus (Screenshot Instagram @juventus)

ESL sontak menyulut amarah para pecinta sepakbola, terutama fans dari klub-klub yang berpartisipasi. Tempat di Liga Champions adalah sesuatu yang diperjuangkan di lapangan dengan keringat, bukan dengan 'penunjukan langsung'.

Selain itu, ESL kemungkinan besar akan merusak sistem piramida kompetisi sepakbola di sebuah negara. Ambil contoh di Inggris.

Liga Primer Inggris adalah kompetisi paling laris di duniam disiarkan di 199 negara. Pada musim 2018/2019, BBC mencatat pemirsa Liga Primer di seluruh dunia mencapai 3,2 miliar orang.

Oleh karena itu, uang hak siar dari Liga Primer bukan kaleng-kaleng. Pada musim 2018/2019, total pemasukan dari hak siar Liga Primer mencapai GBP 3 miliar. Dengan asumsi GBP 1 setara dengan Rp 20.075,68 seperti kurs tengah transaksi Bank Indonesia (BI) 19 April 2021, nilainya adalah Rp 60,23 triliun.

Dari jumlah tersebut, GBP 2,64 miliar (Rp 53,01 triliun) menjadi hak klub. Tidak hanya buat 20 klub peserta Liga Primer, ada pula solidarity payments kepada English Football League yang menaungi Championship Division, League One, dan League Two.

Masalahnya, kini the big six Liga Primer diancam 'dipecat'. UEFA dan sejumlah federasi sepakbola negara Eropa mengecam keberadaan ESL dan mengancam para pesertanya untuk dikeluarkan dari seluruh kompetisi baik di level domestik, kontinenal, maupun dunia. Bahkan pemain-pemain yang membela klub peserta ESL bakal dilarang tampil bersama tim nasional.

"Jika ini (Liga Super Eropa) sampai terjadi, maka kami menegaskan bahwa UEFA, FA (federasi sepakbola Inggris), RFEF (federasi sepakbola Spanyol), FIGC (federasi sepakbola Italia), Liga Primer Inggris, La Liga, Serie A, dan FIFA akan bersatu untuk menghentikannya. Ini adalah proyek yang dibentuk untuk kepentingan sendiri saat kita semua membutuhkan solidaritas.

"Kami mempertimbangkan seluruh opsi yang tersedia baik secara olahraga maupun hukum. Klub yang berpartisipasi bisa dilarang berkompetisi baik di level domestik, Eropa, maupun dunia. Pemain-pemain juga bisa tidak dibolehkan untuk membela tim nasional. 

"Kami berterima kasih kepada klub dari Jerman dan Prancis yang menolak ikut serta. Kami meminta para pecinta sepakbola, suporter, politisi, dan seluruh komponen masyarakat untuk melawan. Enough is enough," tegas penyataan resmi UEFA.

Coba bayangkan apa jadinya Liga Primer tanpa United, City, Liverpool, Chelsea, dan Arsenal. Apakah yang menonton bakal miliaran orang? Apakah kontrak hak siar bisa mencapai puluhan triliun rupiah? Rasanya kok sulit ya...

Nah, risiko tergerusnya pemasukan hak siar Liga Primer tentu akan mempengaruhi 'subsidi' buat klub-klub di devisi bawahnya. Padahal klub-klub itu sangat butuh bantuan, apalagi pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat penonton belum boleh datang ke stadion.

Jadi ESL memang berdampak sistemik. Tidak hanya mengancam status para pesertanya, tetapi juga membuat pemasukan klub-klub di divisi bawah berkurang.


Halaman Selanjutnya --> Duit ESL No Kaleng-kaleng

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular