
Jelang Rilis Data Ekonomi China Q1-2021, Harga SBN Beragam

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis (14/4/2021), di tengah penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada sore hari ini waktu Indonesia.
Sikap investor cenderung beragam, di mana pada SBN acuan bertenor 1 tahun, 10 tahun, 20 tahun, dan 25 tahun ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penguatan harga dan penurunan yield-nya. Sedangkan SBN acuan sisanya cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan pelemahan harga dan mengalami kenaikan yield.
Yield SBN acuan bertenor 1 tahun dengan kode FR0061 turun sebesar 1,6 basis poin (bp) ke level 3,912%. Sementara yield SBN acuan berjatuh tempo 15 tahun dengan seri FR0088 naik sebesar 3,1 bp ke 6,577%. Adapun yield SBN seri FR0087 dengan tenor 10 tahun yang menjadi acuan obligasi negara turun sebesar 0,4 basis poin (bp) ke level 6,569%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pada sore hari ini waktu Indonesia, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali mengalami penurunan. Berdasarkan data dari website World Government Bond pada pukul 17:05 WIB, yield acuan surat utang AS tenor 10 tahun turun 1,7 basis poin ke level 1,617%.
Turunnya kembali yield Treasury terjadi setelah adanya permasalahan dari vaksin corona (Covid-19) buatan Johnson and Johnson (J&J) yang memicu penggumpalan darah penerimanya.
Panel yang dibentuk Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention) pada Rabu memutuskan menunda putusan terkait nasib vaksin besutan Johnson and Johnson yang diduga memicu penggumpalan darah penerimanya.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengingatkan bahwa pemerintahan di seluruh dunia kini dituntut untuk bertaruh dengan proses vaksinasi menyusul kenaikan kasus Covid-19 "secara eksponensial."
Adapun beragamnya sikap investor SBN hari ini terjadi jelang rilis data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2021 yang akan dirilis pada Jumat (16/4/2021) besok.
Konsensus dari Reuters memperkirakan ekonomi Negeri Panda akan tumbuh sebesar 19% (year-on-year/YoY) pada kuartal pertama tahun 2021, atau diperkirakan tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu (2020).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi
