
Bergelombang dari Pagi, IHSG Mengakhiri Sesi 1 dengan Koreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Berayun bagaikan gelombang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan sesi pertama Kamis (15/4/2021), mengiringi rilis neraca perdagangan Indonesia.
IHSG dibuka naik 0,12% ke level 6.057,61 dan setengah jam kemudian mencicipi zona merah meski hanya beberapa menit. Pada pukul 09:30 WIB, indeks acuan bursa nasional ini kembali ambles ke teritori negatif, dan kembali bangkit setengah jam kemudian.
Namun jelang pengumuman neraca dagang Maret, investor merealisasikan keuntungan, hingga IHSG terus melemah dan mengakhiri sesi I dengan koreksi 0,21% (12,55 poin) menjadi 6.037,729. Menurut data RTI, sebanyak 204 saham menguat, 255 tertekan dan 167 lainnya flat.
Transaksi bursa kembali surut dengan 9 miliaran saham diperdagangkan, sebanyak 655.000-an kali. Nilai transaksi bursa masih terbatas, yakni sebesar Rp 5,6 triliun, atau jauh dari nilai transaksi di periode awal Januari yang bisa menyentuh Rp 12 triliun (pada sesi 1 saja).
Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) di pasar reguler senilai Rp 90,7 miliar. Saham yang diborong terutama adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan nilai pembelian Rp 45 miliar. Saham menara telekomunikasi tersebut melesat 6,85% atau 170 poin ke Rp 2.650 per unit.
Dari sisi nilai transaksi, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pemimpin dengan nilai transaksi Rp 306,4 miliar. Saham bank swasta terbesar nasional ini anjlok 1,7% (550 poin) ke Rp 30.975/saham.
Pelaku pasar pada pagi dibayangi kekhawatiran prospek ekonomi nasional setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,3% pada 2021, dari proyeksi sebelumnya 4,8%.
Namun, kekhawatiran itu ditinggalkan karena revisi proyeksi pertumbuhan tidak hanya menimpa Indonesia, melainkan juga negara utama Asia Tenggara lainnya yakni Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, yang disebut ASEAN-5. IMF memperkirakan lima negara berkembang terbesar di Kawasan itu akan tumbuh 4,9%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 5,2%.
Setelah sempat menguat, aksi ambil untung terjadi jelang rilis data neraca perdagangan pada pukul 11:00 WIB. Kepala BPS Suhariyanto melaporkan nilai impor pada Maret 2021 adalah US$ 16,79 miliar, tumbuh 25,73% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Namun, kenaikan itu belum cukup untuk mengimbangi ekspor yang tumbuh 30,5% (secara tahunan) menjadi US$ 18,35 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan periode Maret 2021 mencatatkan surplus US$ 1,56 miliar, mengindikasikan pertumbuhan permintaan barang modal dan bahan baku penolong belum terlalu tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Melesat 1,7% di Sesi 1 Sambut Kedatangan Vaksin Sinovac