Analisis

Mitratel Mau IPO, Intip 'Amunisi Perang' BUMN-Saratoga-Djarum

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
15 April 2021 12:10
tower bts
Foto: REUTERS/Stringer

IBST

IBST, Emiten menara telekomunikasi yang sahamnya juga dipegang Grup Sinarmas, akan mendapatkan dana segar dari penjualan 3.000 menara kepada anak usaha TBIG.

Tak tanggung-tanggung, dananya bakal mencapai Rp 3,99 triliun atau hampir Rp 4 triliun. Alasan dilakukannya penjualan 3.000 menara tersebut adalah untuk memperkuat posisi keuangan perseroan sekaligus untuk mengembangkan strategi usaha perseroan di masa yang akan datang.

Dengan penjualan ini, ada sejumlah dampak positif bagi perusahaan, di antaranya, pertama, dana perolehan dari penjualan aset menara ini menurut rencananya akan dipergunakan oleh IBST untuk pelunasan sebagian utang bank sebesar Rp 1,5 triliun.

Adapun sisanya sekitar Rp 2,7 triliun akan dipergunakan untuk mendukung pengembangan usaha.

Selain itu, dampak pelunasan sebagian utang ini, akan menurunkan jumlah total liabilitas tercatat pada tanggal laporan keuangan menjadi Rp 3,08 triliun, dan rasio utang terhadap ekuitas dari 0.69 menjadi 0.49 kali.

Dengan ini, laba bersih tahun berjalan akan meningkat dari Rp 86,26 miliar menjadi Rp 201,56 miliar.

Mengenai kinerja keuangan, pendapatan IBST per 31 Desember 2020 naik 3,15% menjadi Rp 1,12 triliun. Namun, laba bersih perusahaan anjlok 47,83% menjadi Rp 67,20 miliar pada tahun lalu, dari Rp 128,83 miliar.

BALI

Emiten keempat, BALI, menunjukkan kinerja keuangan yang moncer. Pada akhir tahun lalu, laba bersih BALI naik 83,38% menjadi Rp 84,39 miliar.

Adapun terbaru, per kuartal I 2021, laba bersih BALI meroket 310,99% menjadi Rp 36,68 miliar, dari Rp 8,92 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha sebesar 22,14% menjadi Rp 220,05 miliar.

Seberapa kuat Mitratel?

Mitratel saat ini memiliki menara telekomunikasi yang tersebar di berbagai wilayah dan melayani semua operator seluler di Indonesia dengan jumlah lebih dari 22.000 menara telekomunikasi.

Setelah IPO, Mitratel berpotensi menjadi perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah menara 34.025. Hasil penggabungan 18.000 menara dimiliki oleh Telkomsel dan 16.025 sisanya milik Mitratel. Adapun secara industri Mitratel merupakan perusahaan menara kedua terbesar dari sisi jumlah menara.

Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury menjelaskan, IPO Miratel sejalan dengan kebutuhan mobilitas data dan telekomunikasi yang terus meningkat. Dengan demikian IPO ini bisa dijadikan batu loncatan untuk mendapatkan dana pengembangan perusahaan.

"Untuk Mitratel misalnya dengan kebutuhan data saat ini dan kebutuhan mobilitas data dan telekomunikasi saat ini harus dikembangkan ke depannya, harus ketemu dua-duanya dan dana yang diperoleh dari IPO ini kita kembangkan untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan ke depannya," kata dia.

Dengan melihat peta kekuatan keempat emiten menara, plus Mitratel, di atas, persaingan sektor menara telekomunikasi diprediksi semakin ketat. Apalagi, tingkat permintaan dari operator telekomunikasi semakin tinggi dan perkembangan jaringan 5G semakin oke.

Mitratel, sang anak baru, disokong oleh BUMN, emiten raksasa "halo-halo" Telkom, sementara dua pemain besar menara juga punya big man di belakangnya.

TBIG ditopang oleh private equity global, termasuk Saratoga, dan TOWR disokong oleh raksasa rokok Grup Djarum, satu lagi IBST dari Sinarmas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular