Analisis

Astaga Ada Warning WHO! Jadi Bagaimana Nasib Saham Farmasi?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
14 April 2021 08:35
Petugas menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada penerima vaksin

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah dalam setahun belakangan saham-saham farmasi menunjukkan kenaikan yang signifikan akibat sentimen positif dari vaksin Covid-19, sejak awal tahun saham-saham produsen obat-obatan ini cenderung loyo.

Kemarin, Selasa (14/4/2021), misalnya, mayoritas saham farmasi kompak ditutup di zona merah. Hanya satu dari sembilan saham yang diamati yang berhasil ditutup menguat di zona hijau, yakni PT Merck Tbk (MERK).

Merosotnya saham-saham tersebut seiring adanya kabar buruk dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Lembaga itu menyebut pandemi virus corona (Covid-19) tumbuh secara eksponensial.

Lantas, bagaimana dengan kinerja saham-saham farmasi secara year to date (YTD)?

Kemudian saham mana yang masih bisa tumbuh sejak awal tahun?

Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan tabel gerak saham farmasi secara harian dan YTD, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia, pada Rabu (13/4).

Berdasarkan tabel di atas, trio saham farmasi pelat merah, anak usaha dari PT Biofarma (Persero), INAF, KAEF dan PEHA, menjadi yang paling ambles secara YTD.

Ketiganya tercatat merosot sangat dalam, yakni di kisaran 27-40%, melebihi penurunan SIDO yang sebesar 4,97% dan SOHO 1,74%.

Satu saham lagi yang sempat jadi primadona yakni PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA). Saham emiten distributor produk farmasi dan jarum suntik sekali pakai ini minus 19,86% sebulan terakhir dan year to date juga naik tipis 4,69% di level Rp 1.675/saham.

Menariknya, trio INAF, KAEF dan PEHA, setelah mengalami 'demam' kenaikan setelah didorong sentimen vaksinasi Covid-19 pada pertengahan Januari tahun ini, saham tersebut cenderung bergerak 'menuruni bukit' (lihat chart di bawah ini).

Apabila menilik grafik di atas, saham ketiganya cenderung naik setidaknya sejak Oktober tahun lalu, hingga akhirnya kompak melesat meraih all time high dalam setahun terakhir pada 12 Januari 2021.

INAF melonjak ke posisi Rp 6.975/saham, KAEF ke Rp 6.975/saham dan anak usaha KAEF, PEHA melejit di Rp 2.640/saham.

Melesatnya ketiga saham tersebut terjadi sehari sebelum program vaksinasi Covid-19 dimulai. Asal tahu saja, INAF dan KAEF sebelumnya telah ditunjuk sebagai distributor vaksin Covid-19.

Adapun saham IRRA juga meroket 216% dalam setahun terakhir. 

Sebagai informasi, pada 13 Januari lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajaran menteri kabinet Indonesia Maju menjadi penerima vaksin Covid-19 pertama, menandai dimulainya pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Tanah Air.

Secara kinerja fundamental, baru KAEF yang melaporkan kinerja keuangan per Desember 2020. KAEF mencetak laba bersihsebesar Rp 17,63 miliar di tahun lalu.

Besaran laba pada 2020 naik jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang mana perusahaan mengalami kerugian Rp 12,7 miliar.

Pembalikan kondisi dari rugi menjadi laba sejalan dengan naiknya pendapatan perusahaan dari penjualan pada tahun 2020 menjadi Rp 10 triliun atau tumbuh 6,44% secara tahuhan (Year-on-year/YoY). Pendapatan perusahaan selama tahun 2019 mencapai Rp 9,4 triliun.

Sementara kinerja keuangan INAF lumayan membaik per kuartal III tahun lalu. Ini ditunjukkan dengan terpangkasnya rugi bersih menjadi RP 18,88 miliar dari periode sebelumnya sebesar Rp 34,84 miliar.

Sebenarnya, selain trio saham pelat merah tersebut, sejumlah saham lainnya juga sempat 'kecipratan' sentimen vaksinasi Covid-19 pada Januari lalu.

Ambil contoh, PYFA sempat melonjak di Rp 1.480/saham pada 12 Januari, mengukir rekor kenaikan tertinggi dalam setahun. Contoh lainnya, TSPC melesat ke all time high dalam setahun ke Rp 2.050/saham di tanggal yang sama.

Kendati saham trio pelat merah plus SIDO dan SOHO yang ambles sejak awal tahun akibat kenaikan signifikan pada awal tahun, sejumlah saham-saham farmasi lainnya menarik untuk dicermati karena masih menunjukkan pertumbuhan secara YTD.

Sebut saja KLBF naik tipis 0,68%, MERK terapresiasi 1,22%, PYFA melesat 3,08% dan TSPC melonjak 9,64%.

NEXT: Ada Peringatan Pandemi dari WHO

Sebelumnya, WHO menyebut pandemi virus corona (Covid-19) tumbuh secara eksponensial. Penumbuhan eksponensial merujuk ke kenaikan jumlah kasus per hari yang memiliki faktor bersifat konstan atau mendekati. Ini mengindikasikan jumlah kasus membludak tinggi di luar ekspektasi.

"Kita berada di titik kritis pandemi," kata Kepala Teknis WHO Maria Van Kerkhove, dikutip dari CNBC International, saat berbicara Senin (12/4/2021).

"Ini bukanlah situasi yang kami inginkan terjadi dalam 16 bulan, di mana kita telah membuktikan sejumlah langkah-langkah pengendalian."

Pernyatannya bukan tanpa dasar. WHO mencatat kasus corona di seluruh dunia naik 9%, peningkatan mingguan ketujuh berturut-turut. Angka kematian juga melonjak 5%.

"Kita perlu memeriksa kenyataan tentang apa yang perlu kita lakukan ... Vaksin dan vaksinasi memang tengah dilakukan tapi belum di menyeluruh di seluruh bagian di dunia."

Ia pun meminta pemerintah seluruh dunia menerapkan langkah-langkah keamanan, sesuai protokol kesehatan. Apalagi, sejumlah negara ternyata kini tetap melonggarkan pembatasan meski kasus baru setiap minggu, delapan kali lebih tinggi, dari angka di 2020.

Kondisi Covid-19 di Tanah Air

Kendati, pandemi Covid-19 masih belum bisa diatasi sepenuhnya, program vaksinasi dari pemerintah yang terus berjalan diharapkan mampu menekan penyebaran virus Corona di Tanah Air.

Kabar terbaru, kasus Covid-19 di DKI Jakarta dinilai cukup terkendali seiring memasuki bulan Ramadan 1442 Hijriah. Ibu kota juga menjadi salah satu yang berhasil menekan tingkat penyebaran kasus virus corona lewat program tes dan telusur yang diinisiasi oleh Satgas.

"Jakarta masuk dalam program tracing kami. Jadi kalau saya lihat beberapa kota yang masuk tracing kami itu memang bagus pencapaiannya. Jakarta cenderung bagus memang penurunan kasusnya sampai dengan minggu ini," kata Anggota Bidang Tracing Satgas Penanganan Covid-19 Masdalina Pane, dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (13/04/2021).

Menurutnya, penurunan kasus itu terjadi akibat strategi tes dan telusur masif dilakukan. Pasalnya, Masdalina menilai tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan di ibu kota juga mulai menurun. Sehingga strategi yang sesuai dengan pakem Badan Kesehatan Dunia (WHO) tersebut efektif dalam penanganan pandemi.

Dia juga mengklaim bahwa dari 13 provinsi atau 54 kabupaten/kota yang menjadi sasaran program tracing, rata-rata mengalami pelandaian kasus covid-19, kecuali Sumatera Utara.

Berdasarkan data Covid-19 DKI Jakarta, penambahan kasus harian covid-19 cenderung fluktuatif. Terkadang, penambahan kasus tercatat lebih dari 1.000 kasus dalam sehari. Pada periode 16-22 Maret penambahan kasus di Jakarta sebanyak 10.521 kasus. Setelah itu terlihat ada penurunan pada pekan selanjutnya yakni periode 23-29 Maret dengan total 8.650 kasus.

Sebagai informasi, pemerintah sudah menghadirkan empat jenis vaksin Covid-19 sekaligus.

Keempat vaksin itu adalah Sinovac, AstraZeneca, Novavax, Pfizer. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan mengambil banyak vaksin untuk menghindari jika terjadi masalah dengan salah satunya.

"Banyak yang bertanya kenapa ambil empat? Saya bilang enggak tahu apa yang terjadi kalau ada masalah masih punya tiga lain. Kalau punya dua atau satu, program vaksinasi akan terjadi," kata Budi dalam acara Pengawalan Vaksin Merah Putih oleh Badan POM yang disiarkan oleh kanal Badan POM, Selasa (13/4/2021).

Informasi saja, perihal vaksinasi Covid-19 terbaru per Selasa (13/4), menurut data Covid.go.id, dari target vaksinasi 181,55 juta, realisasi vaksinasi ke-1 sebesar 10,37 juta, naik 112.172 dari sebelumnya. Adapun realisasi vaksinasi ke-2 sebesar 5,43 juta, naik 121.258 dari sebelumnya.

Sementara, berdasarkan data Kementerian Kesehatan dan Covid.go.id pada 13 April 2021, kasus konfirmasi Covid-19 naik 5.702 jiwa menjadi 1.577.526 kasus. Sementara pasien sembuh naik 6.349 jiwa menjadi 1.426.145 jiwa. Sedangkan kasus aktif turun 773 jiwa menjadi 108.599.

Menurut Tim Riset CNBC Indonesia, dengan masih belum kelarnya pandemi ini, sebetulnya saham-saham farmasi masih punya kans bertumbuh dalam jangka panjang.

TIM RiSET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kimia Farma Balik Rugi Ratusan Miliar Jadi Laba Rp19,5 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular