Analisis Teknikal

Yuk Semangat! IHSG Sudah Beri Kode Balik Arah, Ogah ke 5.800?

Putra, CNBC Indonesia
13 April 2021 11:32
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia-IndeksHarga Saham Gabungan (IHSG)dibuka terkoreksi pada perdagangan pagi ini. Dibuka merah 0,07% ke level 5.944,52. Selang 15 menit perdagangan sesi pertama IHSGlanjut terdepresiasi 0,82% ke level 5.898,22 keluar dari zona 5.900 pada perdagangan Selasa (13/4/21).

Pada pukul 10:23 WIB terpantau IHSG memangkas koreksinya menjadi 0,62% ke level 5.912,89.

Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 3,6 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 145 miliar di pasar reguler.

Data inflasi yang akan dirilis hari ini sedang dinanti pelaku pasar, dan disebut sebagai salah satu yang menjadi kekhawatiran. Sebab, inflasi di AS diperkirakan akan kembali ke level sebelum pandemi melanda, dan akan semakin tinggi dalam beberapa bulan ke depan.

Jika itu terjadi, maka daya beli masyarakat akan menurun, begitu juga dengan margin korporasi akan tergerus, yang pada akhirnya akan memukul perekonomian.

Inflasi juga merupakan salah satu acuan bank sentral AS, The Fed dalam menetapkan kebijakan moneternya. Jika inflasi terus menanjak maka ekspektasi kenaikan suku bunga akan semakin menguat, dan memukul SBN, rupiah, begitu juga IHSG.

Meski The Fed berulang kali menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023, tetapi pasar tidak percaya begitu saja. Sebab, The Fed sendiri merubah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini menjadi 6,5% dari prediksi sebelumnya 4,2%.

Besarnya revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut tidak diikuti dengan pembaharuan panduan kebijakan yang akan diambil, sehingga menimbulkan tanda-tanya di pasar, apakah benar The Fed baru akan menaikkan suku bunga di tahun 2023.

"Kebijakan moneter saat ini diterapkan untuk menghadapi ketidakpastian yang ditimbulkan dari krisis Covid-19. Tetapi, dengan perekonomian yang terus menunjukkan perbaikan serta kemajuan dalam vaksinasi membuat sulit untuk memahami bagaimana kebijakan dikalibrasi dengan benar sekarang," kata Bob Miller, head of Americas fundamental fixed income di BlackRock, sebagaimana dilansirCNBC International, Kamis lalu.

"Stancemoneter yang darurat masih sama, meski saat ini tidak ada kondisi darurat" tambahnya.

Oleh karena itu, muncul bisik-bisik di pasar The Fed akan menaikkan suku bunga di akhir tahun ini. Berdasarkan data dari perangkat FedWacth milik CME Group, pelaku pasar saat ini melihat probabilitas sebesar 7,2% The Fed akan menaikkan suku bunga di akhir tahun nanti, turun dari pekan lalu sebesar 10%.

Rilis data inflasi hari ini bisa mempengaruhi probabilitas tersebut, dan berdampak pada pasar keuangan Indonesia Rabu besok. Sehingga rilis inflasi tersebut akan membuat pelaku pasar lebih berhati-hati pada hari ini.

Selain itu, rilis data neraca dagang China juga akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan hari ini. Maklum saja, China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia, data neraca dagang bisa menunjukkan bagaimana roda perekonomiannya berjalan, begitu juga secara global.

Jika impor mengalami kenaikan, artinya roda perekonomian China berputar dengan kencang, yang akan menguntungkan bagi negara-negara pengekspor komoditas seperti Indonesia. Begitu juga ketika ekspor China meningkat, berarti perekonomian global mulai membaik.

Analisis Teknikal

Teknikal IHSGFoto: Tri Putra/CNBC Indonesia
Teknikal IHSG

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah dengan BB yang kembali melebar maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terapresiasi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.960. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.900.

Pada perdagangan hari ini IHSG sempat rebound setelah menyentuh level support ini. Apabila support ini dijebol, IHSG berpeluang lanjut terkoreksi ke level 5.860.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 23 yang menunjukkan adanya indikator jenuh jual yang menunjukkan bahwa Indeks berpeluang menguat.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bullish. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang sudah jenuh jual.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular