
Usai Melemah 8 Pekan Beruntun, Rupiah Malah Makin Terpuruk

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sudah membukukan pelemahan dalam 8 pekan beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS), bukannya bangkit malah makin terpuruk pada perdagangan hari ini, Senin (12/4/2021). Mata Uang Garuda hari ini melewati level Rp 14.600/US$ dan menyentuh level terlemah dalam 5 bulan terakhir.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.560/US$. Tetapi tidak lama rupiah langsung masuk ke zona merah, bahkan melemah hingga 0,41% ke Rp 14.620/US$.
Rupiah mampu memangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.590/US$, melemah 0,21% di pasar spot.
Mayoritas mata uang utama Asia melemah pada perdagangan hari ini, bahkan beberapa lebih buruk ketimbang rupiah. Hingga pukul 15:17 WIB, won Korea Selatan menjadi yang terburuk dengan melemah 0,36%, disusul rupee India 0,31% dan bath Thailand melengkapi tiga besar dengan melemah 0,29%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Rupiah sebelumnya sudah membukukan pelemahan dalam 8 pekan beruntun dengan total 4,37%. Pada pekan lalu, indeks dolar AS sebenarnya mengalami penurunan nyaris 1%, tetapi tidak bisa dimanfaatkan rupiah untuk menguat.
Saat indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini melemah, rupiah tidak bisa bangkit, apalagi sebaliknya. Indeks dolar AS hingga siang ini menguat 0,11%, rupiah tentunya terpukul.
Data terbaru dari AS menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi. Jumat kemarin, indeks harga produsen (producer price index/PPI) dilaporkan meroket 4,2% pada bulan Maret. Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 9 tahun terakhir.
Selain itu, kenaikan PPI mengindikasikan roda bisnis mulai semakin menggeliat, dan para wirausahawan mulai meningkatkan aktivitasnya.
Pelaku pasar bahkan mulai melihat peluang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga di akhir tahun ini. Padahal ketua The Fed, Jerome Powell, berulang kali menegaskan suku bunga 0,25% akan ditahan setidaknya hingga tahun 2023.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 10% The Fed akan menaikkan suku bunga menjadi 0,5% pada bulan Desember 2021. Meski probabilitas tersebut kecil, tetapi terus mengalami kenaikan.
Jika data ekonomi AS terus menunjukkan perbaikan, tidak menutup kemungkinan probabilitas tersebut akan semakin meningkat, yang bisa membuat dolar AS kian perkasa.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Penjualan Ritel Indonesia Merosot
