Amsyong! Baru Reli Dikit, Saham Nikel Ambruk Lagi Nih

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
12 April 2021 09:58
Nikel
Foto: Dok Antam

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten nikel serentak ambruk pada awal perdagangan hari ini, Senin (12/4/2021). Pelemahan pagi ini melanjutkan koreksi pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu (9/4).

Berikut pergerakan saham nikel pagi ini, pukul 9.26 WIB, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI):

  1. Aneka Tambang (ANTM), saham -2,99%, ke Rp 2.270, transaksi Rp 138 M

  2. Harum Energy (HRUM), -2,83%, ke Rp 5.150, transaksi Rp 4 M

  3. Vale Indonesia (INCO), -1,73%, ke Rp 4.540, transaksi Rp 9 M

  4. Pelat Timah Nusantara (NIKL), -1,36%, ke Rp 1.085, transaksi Rp 40 Juta

  5. Timah (TINS), -1,27%, ke Rp 1.555, transaksi Rp 11 M

  6. Central Omega Resources (DKFT), -0,58%, ke Rp 170, transaksi Rp 478 Juta

Berdasarkan daftar di atas, saham emiten nikel pelat merah, ANTM, mengalami penurunan paling dalam di antara yang lainnya, yakni 2,99% ke Rp 2.270/saham. Nilai transaksi ANTM sebesar Rp 138 miliar, menjadikan ANTM menjadi saham dengan nilai transaksi tertinggi di bursa.

Kendati melemah, asing tercatat ramai-ramai masuk ke ANTM dengan nilai beli bersih sebesar Rp 7,24 miliar.

Pelemahan ini membuat ANTM, dan sejumlah emiten nikel lainnya, melanjutkan penurunan harga sejak Jumat lalu. Pelaku pasar tampaknya melakukan aksi ambil untung di saham ANTM setelah dalam sepekan lalu menguat selama 3 hari beruntun, dengan kenaikan rata-rata 3,95%.

Dengan pelemahan ini, saham ANTM masih menghijau dalam sepekan, yakni sebesar Rp 4,09%.

Kabar terbaru, ANTM berencana mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2,84 triliun tahun ini.

Dalam keterangan kepada awak media usai RUPS Tahunan, Rabu (6/4), Sekretaris Perusahaan Antam, Kunto Hendrapawoko mengatakan, belanja modal tersebut akan digunakan untuk pengembangan yang bersifat rutin serta pengembangan usaha dengan sumber pendanaan dari kas internal dan opsi pendanaan lainnya.

Beberapa proyek yang menjadi fokus Antam adalah penyelesaian pabrik feronikel di Halmahera Timur, kerja sama dengan Inalum (MIND ID) dan beberapa proyek lainnya.

Sementara itu, Antam juga masuk konsorsium terkait pembangunan ekosistem industri EV battery melalui Indonesia Battery Corporation (IBC).

Pembangunan ekosistem ini dilakukan mulai dari pengolahan, pemurnian nikel, pembuatan bahan baku, hingga baterai cell dan battery pack. Dalam rantai ekosistem ini, Antam nantinya akan menyuplai kebutuhan bahan baku.

Di posisi kedua, ada saham emiten milik taipan Kiki Barki yang merosot 2,83% ke Rp 5.150/saham. Nilai transaksi HRUM tercatat sebesar Rp 4 miliar.

Sama seperti ANTM, meskipun ambles, asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp 514,23 juta.

Pada pekan lalu,emiten yang melakukan penambangan di Kalimantan Timur mengeluarkan laporan keuangan selama tahun 2020.

Berdasarkan laporan keuangan, emiten yang juga melakukan kegiatan logistik tambang ini mencetak laba bersih sebesar US$ 59 juta atau setara dengan Rp 826 miliar (kurs 14.000/US$).

Besaran laba pada 2020 naik hingga 218,92% jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang mana perusahaan memperoleh keuntungan US$ 18,5 juta atau setara Rp 259 miliar.

Padahal, pendapatan perusahaan tercatat turun dari US$ 262,59 juta atau setara Rp 3,67 triliun pada tahun 2019 menjadi US$ 157,82 juta atau setara Rp 2,2 triliun pada 2020 lalu, menyusut 39,9% secara tahunan (Year-on-year/YoY).

Sebenarnya, emiten nikel terus dibanjiri sentimen positif. Terbaru, pada Senin pekan lalu (5/4), Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dikabarkan terbang ke China untuk memastikan komitmen dari perusahaan asal negara tersebut untuk bermitra dengan Indonesia Battery Corporation (IBC).

Erick mengatakan dirinya bertemu dengan dari CBL, konsorsium Tiongkok yang terdiri dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL), Brunp, dan Lygend.

Partner dari China ini nantinya bakal ikut bermitra dengan IBC untuk menggarap proyek dengan nilai investasi total US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72 triliun (Rp 14.400/US$.)

"Saya ingin memastikan, bahwa CBL berkomitmen untuk kerjasama ini dan segera menindaklanjuti nota kesepahaman yang telah ditandatangani sebelumnya. Saya tegaskan, proyek investasi ini didukung penuh oleh pemerintah karena akan memberikan nilai tambah yang besar bagi sektor pertambangan kita," kata Erick, dalam keterangannya, dikutip Senin ini (5/4/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Nikel Rekor, Saham Produsennya to The Moon

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular