Investor Kembali Melirik SBN, Pasar Obligasi Cerah Pekan Ini

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
11 April 2021 17:30
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi pemerintah Indonesia sepanjang pekan ini terbilang cukup cerah. Pasalnya hampir seluruh tenor obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) acuan mengalami kenaikan harga dan penurunan imbal hasilnya (yield).

Kenaikan harga ditandai dengan penurunan yield SBN terjadi bersamaan dengan menurunnya yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini.

Adapun yield SBN acuan tenor 10 tahun turun signifikan sebesar 30,8 basis poin (bp) ke level 6,453% dari akhir pekan lalu di level 6,761%. Penurunan yield SBN tenor 10 tahun juga menjadi yang terbesar diantara yield SBN acuan lainnya. Namun memang sebagian besar yield SBN acuan turun signifikan

Selain di SBN acuan tenor 10 tahun, penurunan yield terbesar lainnya ada di SBN acuan tenor 5 tahun, kemudian di SBN acuan tenor 20 tahun yang masing-masing yield­-nya turun sebesar 26,2 bp dan 24 bp.

Sementara untuk SBN berjatuh tempo 1 tahun dan 30 tahun, yield-nya turun cenderung tipis sepanjang pekan ini.

Seiring dari mulai cerahnya pasar obligasi pemerintah Indonesia, investor asing pun kembali mempercayakan pasar obligasi Indonesia sepanjang pekan ini, di mana Bank Indonesia (BI) mencatat ada inflow ke SBN sebesar Rp 4,15 triliun dari non residen (asing) di pasar keuangan domestik pada periode 5 - 8 April 2021.

Namun karena di pasar saham asing tercatat masih membukukan aksi jual bersih senilai Rp 1,81 triliun, alhasil dana asing yang masuk secara neto hanya Rp 2,34 triliun.

Penurunan yield Treasury dan SBN terjadi setelah pasar akhirnya merespons pernyataan dari ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome 'Jay' Powell yang tetap mempertahankan stance dovish-nya.

Suku bunga acuan tak akan diutak-atik. Tapering tak akan dilakukan dalam waktu dekat. The Fed masih akan mengguyur likuiditas ke sistem keuangan lewat pembelian obligasi pemerintah untuk terus menopang perekonomian AS yang terhimpit pandemi.

Namun bagaimanapun juga risiko dari ketidakpastian masih tinggi. Dalam sebulan terakhir kasus infeksi harian virus corona (Covid-19) secara global meningkat 25%.

Amerika Serikat dan India menjadi hotspot. Dengan risiko dari ketidakpastian kapan pandemi berakhir, walaupun proses vaksinasi global masih berjalan meski mulai melambat, mungkin saja beberapa pekan ke depan, pasar obligasi di global maupun di dalam negeri masih akan kebanjiran dana dari asing.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular