
Duh! Transaksi Harian Bursa Diramal Drop Jadi Rp 9 T, Kenapa?

Adapun dua faktor utama yang disinggung Kevin yakni, pertama, perekonomian menengah-bawah yang belum membaik terindikasi oleh data penyaluran kredit bank yang masih rendah (Bank Indonesia mencatat -2,15% pada Februari) dan aktivitas di pasar-pasar tradisional yang belum menggeliat.
Dia juga menilai, indikasi itu semakin menguatkan prediksi bahwa aktivitas ekonomi sepanjang bulan puasa belum akan meningkat tajam seperti harapan pelaku pasar. Padahal, lanjutnya, laju aktivitas ekonomi pada bulan puasa adalah indikator utama yang umum dijadikan referensi aktivitas ekonomi hingga akhir tahun.
Kedua, percepatan sebaran vaksin diharapkan dapat berjalan lancar.
Dengan rata-rata vaksin per hari sekitar 40.000 orang sat ini, maka diprediksi jumlah penerima vaksin dalam 6 bulan ke depan berada pada kisaran angka 7,2 juta orang, masih sangat rendah dibandingkan dengan target seluruh penduduk yang berada pada angka 260 juta jiwa.
Sebelumnya data BEI mencatat, rekor nilai transaksi harian sepanjang sejarah pernah terjadi pada Senin (30/11/2020) saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok nyaris 3% saat itu.
Ketika itu nilai transaksi harian menembus Rp 32,01 triliun dan total frekuensi 1,68 juta kali, tertinggi sepanjang sejarah transaksi di BEI.
BEI pernah mencatat nilai transaksi harian saham di pasar reguler tertinggi pernah juga terjadi pada 25 November 2020 yaitu Rp16,48 triliun dengan total frekuensi 1,41 juta kali.
Adapun di Januari 2021, rerata transaksi harian menjadi rata-rata sebesar Rp 20,5 triliun.
Mengacu data BEI, dalam pertemuan dengan pimpinan media massa, data transaksi harian ini jika dilihat trennya dalam 5 tahun terakhir melaju cukup kencang. Pada periode 2016-2020, nilai transaksi harian bursa rata-rata berada di level Rp 7,5 triliun sampai dengan Rp 9,2 triliun.
Dilihat dari komposisinya, data per Januari, sebesar 69,5% investor ritel domestik memberikan andil terbesar dalam rata-rata transaksi harian, bertambah dari tahun sebelumnya sebesar 48,4% dengan rerata transaksi Rp 9,2 triliun. Selanjutnya, 13% dari investor institusi domestik dan 17,5% dari institusi asing.
Namun, bila dilihat dari komposisi kepemilikan, investor ritel domestik mengalami kenaikan dari tahun 2020 sebesar 13,1% menjadi 13,5% kepemilikan. Sedangkan, 38,3% dari investor institusi domesik dan 48,1% institusi asing.
[Gambas:Video CNBC]
