
Terungkap! Grab Siap IPO di Wall Street via Altimeter Capital
Jakarta, CNBC Indonesia - Grab Holdings Inc, salah satu perusahaan rintisan paling berharga di Asia Tenggara, siap melakukan merger dengan salah satu perusahaan akuisisi bertujuan khusus atau special purpose acquisition companies (SPAC) yakni Altimeter Capital untuk bisa tercatat di bursa saham Wall Street AS.
Tiga sumber Financial Times melaporkan kesepakatan ini akan mendorong valuasi perusahaan teknologi yang didukung SoftBank itu bisa mencapai sekitar US$ 35 miliar atau setara dengan Rp 490 triliun (kurs Rp 14.000/US$).
Ketiga sumber itu menyatakan, Grab yang berbasis di Singapura, yang menawarkan layanan transportasi online dan keuangan, dapat menyelesaikan perjanjian untuk mendaftar (listing) di New York melalui Altimeter Capital secepatnya pekan ini.
Merger bisnis ini akan dilakukan dengan salah satu dari dua perusahaan investasi AS milik Altimeter yakni Altimeter Growth (Altimeter Growth 1), dan akan dilakukan setelah dewan Grab menyetujui kesepakatan di awal bulan lalu.
Perjanjian tersebut sebetulnya telah diadakan sebagai tahapan pertama bagi unicorn di Asia Tenggara ini yang bersiap untuk go public tahun ini.
Didirikan pada 2012, Grab menawarkan akses ke pasar konsumen regional lebih dari 655 juta orang di berbagai negara termasuk Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Diketahui, lewat aksi ini, Grab akan mengumpulkan sekitar US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 35 triliun melalui penarikan dana investasi swasta dalam bentuk penawaran saham kepada publik atau initial public offering (IPO) ini.
"Dari jumlah itu, hampir US$ 1,2 miliar akan didanai oleh Altimeter dengan total valuasi mendekati US$ 35 miliar, kata orang-orang yang mengetahui informasi ini, dikutip Financial Times, Kamis (8/4).
Satu sumber lain menambahkan, Grab akan merger dengan dana Altimeter Growth 1, dana SPAC yang sudah tercatat di Bursa Nasdaq dan mengumpulkan US$ 450 juta pada tahun lalu. Harga saham Altimeter Growth 1 dengan kode perdagangan AGC di Nasdaq telah naik 25% sejak terdaftar di papan perdagangan.
Hanya saja pihak Grab dan Altimeter menolak berkomentar. Jika merger Grab dengan SPAC Altimeter disetujui oleh dewan start-up ini, maka itu akan menjadi kesepakatan terbesar secara global. Namun sumber yang mengetahui situasi tersebut memperingatkan bahwa kesepakatan tersebut belum terealisasi.
Altimeter, perusahaan yang berbasis di Silicon Valley, mengelola lebih dari US$ 15 miliar atau Rp 210 triliun dalam investasi teknologi publik dan swasta, dikenal karena mendukung pendanaan perusahaan rintisan.
Perusahaan, yang telah mengumpulkan total US$ 850 juta untuk dua SPAC, termasuk kesepakatan untuk situs mobil bekas Inggris Cazoo dan pemberi pinjaman online SoFi.
Setelah berinvestasi di Snowflake pada 2015, sebesar 15,1% saham Altimeter di perusahaan analisis data itu kini bernilai hampir US$ 4,4 miliar ketika terdaftar di New York tahun lalu.
Grab yang belum mencetak laba sejauh ini telah mengumpulkan US$ 12 miliar atau Rp 168 triliun dan memiliki sekitar US$ 5 miliar atau Rp 70 triliun dalam bentuk cadangan tunai, sehingga menempatkan valuasinya saat ini sekitar US$ 16 miliar atau setara Rp 224 triliun.
Vision Fund SoftBank, salah satu investor utama Grab, akan menjadi pemenang besar dari kesepakatan tersebut. Anthony Tan, pendiri Grab, akan memiliki sekitar 2% dari entitas yang terdaftar, menurut dua orang yang dekat dengan perusahaan.
Sebelumnya, The Wall Street Journal (WSJ) juga melaporkan Grab dalam pembicaraan dengan Altimeter dalam proses go public ini.
CNBC Indonesia sudah mencoba mengonfirmasi kabar ini kepada Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata sejak pertama kali diberitakan Reuters, tapi hingga saat ini belum ada jawaban.
Sebelumnya sejumlah startup bergelar unicorn seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak digadang-gadang sedang bersiap untuk IPO lewat SPAC.
CEO Mandiri Capital, Eddi Danusaputro mengatakan usia para unicorn sekitar 8 hingga 10 tahun. Sebagai investor, ini waktu yang tepat untuk balik modal dan IPO jadi salah satu caranya.
Menurutnya IPO memang jadi hal lazim yang dikenal untuk para investor bisa exit.
"Kami sebagai kacamata seorang investor kita Invest di awal series A-B, sudah saatnya uang tersebut ingin balik dong. Jadi IPO memang jadi salah satu cara untuk investor bisa exit," kata Eddi dalam program Profit CNBC Indonesia, Selasa (9/3/2021).
Pekan lalu, Bloomberg News juga mengabarkan adanya merger antara Gojek dan Tokopedia yang selangkah lagi terwujud dan tinggal menyelesaikan persyaratan untuk merger.
Bloomberg menulis, kedua perusahaan sedang mendiskusikan berbagai skenario dengan tujuan akhir mencatatkan saham perdana perusahaan gabungan ini atau IPO di bursa saham saham AS dan Indonesia.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Grab Bersiap Go Public di Wall Street
