
Tampung Gojek Cs, BEI Masih Kaji Aturan SPAC, Singapura Sudah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan saat ini masih melakukan kajian dan diskusi terkait dengan pengaturan pencatatan untuk perusahaan akuisisi bertujuan khusus alias Special Purpose Acquisition Companies (SPAC) yang akan melantai lewat mekanisme initial public offering (IPO) atau penawaran saham perdana.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan bursa tengah berkomunikasi dengan beberapa stakeholders untuk mendapatkan masukan dari beberapa aspek sehingga aturan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan best practise di negara lain.
"Sehubungan dengan rencana penerapan aturan SPAC di Indonesia, saat ini BEI dalam tahapan kajian dan diskusi dengan beberapa pihak stakeholders terkait untuk mendapatkan referensi pengaturan SPAC dimaksud," kata Yetna kepada CNBC Indonesia, di Jakarta, Rabu (31/3/2021) malam.
Dia menyebutkan terdapat beberapa aspek yang menjadi pertimbangan mulai dari corporate governance, perlindungan investor publik, dan kesesuaian peraturan dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.
Selain itu, bursa juga mempertimbangkan kesesuaian penerapan peraturan berdasarkan perbandingan yang kami lakukan atas best practice di bursa lain.
Sementara itu, Bursa Singapura atau Singapore Exchange (SGX) hampir menyelesaikan kerangka kerja untuk SPAC ini.
Dilansir dari DealstreetAsia, dua sumbernya mengatakan salah satu proposal yang dipresentasikan adalah pengaturan bursa atau papan perdagangan terpisah yang mirip dengan papan perdagangan khusus emiten teknologi dan startup di Bursa Shanghai yakni Shanghai Stock Exchange Science and Technology Innovation Board, atau lebih dikenal sebagai China's STAR Board.
Alasannya, dengan papan khusus ini maka akan membuat SPAC yang mencatatkan saham perdana lebih mudah, khususnya berkaitan dengan listing perusahaan teknologi Singapura.
SGX, yang memulai konsultasi publik untuk mempelajari kelayakan daftar SPAC pada Januari, diketahui menetapkan nilai SPAC minimum antara US$ 200-300 juta atau setara dengan Rp 2,8 triliun hingga Rp 4,2 triliun (kurs Rp 14.000/US$, dengan tujuan memungkinkan pencatatan saham perdana atau IPO pada kuartal ketiga tahun ini.
Untuk diketahui, SPAC adalah perusahaan 'cek kosong' yang mengumpulkan modal semata-mata untuk mengakuisisi entitas swasta dengan tujuan menjadikannya perusahaan publik alias IPO di bursa saham.
Sebelumnya, bursa saham Indonesia disebutkan berpotensi mendapat pasokan emiten baru berskala raksasa, status keduanya adalah unicorn.
Jika dua unicorn atau decacorn ini melakukan IPO, bakal jadi yang terbesar dalam sejarah Indonesia.
Komisaris BEI Pandu Sjahrir, memberikan petunjuk bahwa dua dari tiga perusahaan digital terbesar di Indonesia bakal IPO tahun ini di BEI. Tebakan yang paling dekat adalah Gojek dan Tokopedia, yang memang gencar disebut-sebut.
Sementara itu, sumber pasar dari Bloomberg juga menyebutkan bahwa perusahaan e-commerce Bukalapak dikabarkan sedang menjajaki rencana merger via SPAC untuk mencatatkan saham perdana di bursa saham Amerika Serikat dan di BEI.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Gembira, Penantian IPO Gojek-Tokopedia Dkk Makin Jelas
