Dear Market! Cek 7 Kabar Pasar Ini Sebelum Cari Cuan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
08 April 2021 08:26
Antam

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di teritori positif pada perdagangan Rabu kemarin (7/4) walaupun tekanan jual pelaku pasar asing cukup agresif. Sampai perdagangan berakhir, IHSG menguat 0,56% ke level 6.036,61 poin.

Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi harian kemarin mencapai Rp 8,93 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,05 juta kali. Pelaku pasar asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 588,20 miliar.

Sebelum memulai transaksi pada perdagangan Kamis ini (8/4), cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia:

1.Belum Bayar Utang & Digugat PKPU, Ini Respons Waskita Beton

Manajemen PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) menyebutkan saat ini memiliki utang senilai total Rp 15 miliar kepada vendor pemasok material alam. Atas utangnya ini, perusahaan telah digugat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) sementara ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat oleh PT Hartono Naga Persada.

Utang ini masing-masing bernilai Rp 5 miliar dan Rp 10 miliar yang disebabkan tertundanya pembayaran kepada vendor. Sebab perusahaan mengakui saat ini mengalami penurunan kinerja akibat pandemi, proyek perusahaan juga terhambat pengerjaannya dan penundaan pembayar dari pemberi kerja.

"Terkait informasi gugatan terhadap perseroan yang tengah beredar saat ini, dapat kami informasikan bahwa pendaftaran tuntutan PKPU terkait dengan permintaan pelunasan utang sebesar Rp 5 miliar dan Rp 10 miliar. Gugatan tersebut dilayangkan oleh vendor pemasok material alam," tulis manajemen WSBP, Rabu (7/4/2021).

2.Pandemi, Pendapatan Emiten Migas Bakrie Drop di 2020

Emiten migas Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) berhasil mencatatkan laba bersih US$ 53,65 juta atau setara dengan Rp 751,1 miliar (kurs 14.000) di tahun pandemi 2020.

Laba bersih ini naik 92% jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar US$ 28 juta atau setara Rp 392 miliar.

Meski memperoleh kenaikan laba yang cukup signifikan, selama 2020 lalu ENRG justru mengalami penurunan pendapatan sebesar 3%. Pendapatan ini turun dari tahun 2019 sebesar US$ 334,34 juta atau setara Rp 4,68 triliun menjadi US$ 324,88 juta atau setara Rp 4,54 triliun.

Pada pos ekuitas, selama 220 ENRG mengalami kenaikan ekuitas sebesar 99,97% dari US$ 106,10 juta atau setara Rp 1,48 triliun menjadi US$ 212,17 juta atau setara Rp 2,97 triliun. Selain itu, selama tahun 2020 terjadi peningkatan produksi minyak dan gas (migas), sedangkan harga jual mengalami penurunan.

3.Demi Baterai Listrik IBC, ANTM Siapkan Capex Rp 2,8 T

Emiten pertambangan milik negara, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berencana mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2,84 triliun tahun ini.

Sekretaris Perusahaan Antam, Kunto Hendrapawoko mengatakan, belanja modal tersebut akan digunakan untuk pengembangan yang bersifat rutin serta pengembangan usaha dengan sumber pendanaan dari kas internal dan opsi pendanaan lainnya.

"Capex tahun ini rencana Rp 2,84 triliun, di antaranya untuk pengembangan bersifat rutin dan pengembangan usaha dalam bentuk project, yang terbesar untuk pengembangan usaha," kata Kunto, dalam keterangannya kepada awak media usai RUPS Tahunan, Rabu (6/4/2021).

Beberapa proyek yang menjadi fokus Antam adalah penyelesaian pabrik feronikel di Halmahera Timur, kerja sama dengan Inalum (MIND ID) dan beberapa proyek lainnya.

4.Pandemi, Omzet Produsen Susu Ultra Milk Drop Jadi Rp 5,9 T

Emiten konsumer milik taipan Sabana Prawirawidjaja, PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ), mencatatkan total pendapatan menjadi Rp 5,96 triliun di sepanjang tahun lalu, turun 4,11% dari posisi yang sama di tahun 2019 sebesar Rp 6,22 triliun atau berkurang Rp 255,7 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi, meski pendapatan turun, perusahaan produsen minuman asal Jawa Barat dengan produk utama susu kemasan, Ultra Milk ini justru mampu mencetak laba bersih naik 6,53% menjadi Rp 1,1 triliun dari Rp 1,03 triliun di tahun 2019. Laba per saham ikut naik menjadi Rp 100 dari sebelumnya Rp 89 di tahun 2019.

Selaras dengan turunnya pendapatan dari penjualan, beban pokok penjualan perusahaan juga ikut turun 3,66% menjadi Rp 3,73 triliun dari sebelumnya Rp 3,88 triliun.

NEXT: Kabar Emiten Lainnya, Simak

5.Dihantam Pandemi 2020, Penjualan Mayora Drop Jadi Rp 24 T

Emiten konsumer, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 24,47 triliun sepanjang tahun lalu, turun 2,2% dari posisi Desember 2019 sebesar Rp 25,03 triliun.

Mayora di bisnis konsumer dengan berbagai macam barang mulai dari minuman ringan, biskuit hingga bubur dan sereal. Penjualan tahun lalu berkurang sebesar Rp 549,7 miliar jika dibandingkan dengan tahun 2019.

Dalam laporan yang mereka terbitkan, manajemen MYOR menyatakan turunnya pendapatan ini salah satunya disebabkan oleh ketidakpastian kondisi ekonomi. Ini terjadi karena dampak negatif pada pasar finansial global akibat pandemi Covid-19 yang dirasakan sepanjang 2020 lalu.

Meskipun turunnya pendapatan dari penjualan dan naiknya beban pokok, Mayora masih mampu membukukan peningkatan laba bersih perusahaan yang naik 3,07%. Laba bersih perusahaan yang didirikan 44 tahun lalu tercatat berada di angka Rp 2,06 triliun, naik dari Rp 2 triliun tahun 2019.

6.Hary Tanoe Ajukan Izin Bank Digital MNC Bank

Emiten bank Grup MNC milik taipan Hary Tanoesoedibjo, PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) atau MNC Bank resmi mengajukan izin digital onboarding untuk aplikasi Motion kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Setelah izin disetujui OJK, aplikasi integrated banking solution dari MNC Bank, unit bisnis dari PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) atau MNC Financial Services yang tergabung dalam MNC Group, tersebut akan mempermudah nasabah dan masyarakat untuk membuka rekening tabungan MNC Bank tanpa perlu lagi hadir ke cabang secara fisik.

Adapun fitur terbaru Motion tersebut akan melengkapi transformasi digital MNC Bank dari menawarkan aplikasi mobile banking menjadi aplikasi layanan digital (digital banking).

7.Penjualan Drop, Laba Summarecon Ambles 65% Sepanjang 2020

Emiten pengembang properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan penurunan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 65% pada tahun 2020 menjadi Rp 179,83 miliar. Pada tahun sebelumnya, perseroan mencatatkan perolehan laba bersih Rp 514,98 miliar.

Penurunan laba bersih tersebut juga menyebabkan laba per saham dasar perseroan pada akhir Desember 2020 turun menjadi Rp 12,47 per saham dari sebelumnya Rp 35,70 per saham.

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan SMRA, penurunan laba bersih ini imbas dari menurunnya penjualan bersih perseroan sebesar 15,34% menjadi Rp 5,02 triliun dari sebelumnya Rp 5,94 triliun.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Catat Rekor Kinerja Tertinggi, Nilai Dividen CTRA Lompat 65%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular