Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar tak sedap menghampiri pengelola jaringan ritel Centro, PT Tozy Sentosa. Setelah sebelumnya Centro di Plaza Ambarrukmo Yogyakarta, ditutup, kini toko dari grup yang sama juga dikabarkan terkena imbasnya, yakni Centro di Bintaro Xchange, Tangerang Selatan, Banten.
Belum selesai, sejumlah perusahaan yang diwakili oleh firma hukum milik Hotman Paris Hutapea, Law Firm Hotman Paris & Partners, juga mengajukan gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atas Tozy Sentosa. Pengajuan PKPU ini telah diajukan sejak 3 Maret 2021.
Perkara ini terdaftar dengan nomor 106/Pdt.Sus-PKPU/2021/PN Jkt.Pst dan diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Sejumlah pihak yang mengajukan PKPU ini antara lain PT Primajaya Putra Sentosa, PT Indah Subur Sejati, PT Multi Megah Mandiri, PT Harindotama Mandiri dan PT Mahkota Petriedo Indoperkasa, bertindak sebagai pemohon lewat firma hukum Hotman Paris.
Dalam pengumuman di media massa yang dikutip CNBC Indonesia, Kamis ini (8/4), untuk itu saat ini pengelola Centro ditetapkan berada dalam PKPU sementara hingga 45 hari sejak putusan a quo diucapkan. Pengadilan juga telah menunjuk dua kurator dan pengurus untuk pengajuan tersebut.
Rapat kreditur pertama akan dilaksanakan pada Rabu (14/4/2021) mendatang dan batas akhir pengajuan tagihan kreditor akan jatuh pada Rabu (21/4/2021).
Adapun beberapa waktu lalu Centro yang merupakan jaringan ritel milik Parkson Retail Asia Limited (Ltd) ini melakukan penutupan gerainya di Plaza Ambarrukmo Yogyakarta dan Centro di Bintaro Xchange, Tangerang Selatan, Banten.
Parkson Retail Asia Ltd didirikan pada 1987 silam. Dilansir dari laporan keuangan perusahaan per Juni 2020, Parkson adalah salah perusahaan bisnis ritel department store di kawasan Asia. Perusahaan ini pertama kali melantai di Bursa Singapura pada 3 November 2011.
Per Juni 2020, UOB Kay Hian PTE LTD tercatat menjadi pemegang saham pengendali Parkson dengan jumlah saham 479.800.600 saham atau 71,21% dari porsi total saham perusahaan.
Kemudian, HSBC (Singapore) Nominees PTE LTD menguasai 4,95% saham atau 33.337.700 saham, Phillip Securities PTE LTD memegang 1,03% saham atau setara dengan 6.963.300 saham. Sisanya, saham Parkson dipegang oleh pemegang saham di bawah 1%.
NEXT: Ada Apa dengan Sektor Ritel
Penutupan gerai Centro di Plaza Ambarrukmo Yogyakarta dan Centro di Bintaro Xchange, Tangsel, Banten, menimbulkan kekhawatiran sektor ini kian tertekan.
"Ada kabar demikian [tutup], tapi masih menunggu informasi resminya [dari Centro]" kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja kepada CNBC Indonesia.
Sebelumnya pada Rabu (17/3/2021), Centro Department Store di Plaza Ambarrukmo resmi tutup. Jaringan ritel milik Parkson Retail Asia Ltd yang tercatat di Bursa Singapura, lewat PT Tozy Sentosa ini tutup setelah melayani masyarakat Yogyakarta selama 15 tahun sejak Plaza Ambarrukmo berdiri.
Kabar serupa pada Centro Bintaro Xchange sudah terendus sejak akhir bulan lalu. Beberapa pengguna Twitter menyebut bahwa toko ritel ini sudah terdampak.
"Melaporkan dari centro bintaro. nggak nanya nggak apa tetiba masnya nyamperin "maaf ya mba, barang kami sudah nggak ada yang bisa di-display. kita terdampak banget" lalu... nyessss," tulis akun @aldeafr pada 28 Februari silam.
"Centro di bintaro tangsel juga tutup. Sedih bener efek pandemi ini," tulis @ProudlyCushions menanggapi kabar Centro di Plaza Ambarukmo yang tutup.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah pun mengatakan peritel besar memang kesusahan untuk bertahan di masa pandemi, sehingga banyak yang menutup gerai karena mahalnya biaya operasional.
"Tadi yang disebutkan Centro dan Giant itu adalah big format. Kalau big format memang makin besar retail makin sulit karena kondisi tahun lalu belum bisa berproduksi maksimal sehingga tingkat traffic menurun, cost sewa mahal," jelasnya di program Closing Bell CNBC Indonesia, Kamis (25/3/2021).
Pelonggaran aturan PPKM Mikro terkait jam buka pusat perbelanjaan cukup meningkatkan kedatangan pengunjung di mal. Budi mengatakan pada saat weekend traffic ke mal meningkat Maret dibandingkan bulan sebelumnya.
"Kita berterima kasih pemerintah mau dengar pelaku usaha jam buka sampai 21.00, nuansanya sekarang cukup positif konsumen mulai ada keyakinan," jelasnya.
Budi menjelaskan cash flow pelaku ritel tidak lagi seperti sebelum pandemi. Pemasukan tidak bisa didapat setiap hari, hanya hari-hari tertentu ada pembelian, sehingga pendapatannya menurun 50%-80% itu membuat strategi jangka pendek berantakan. Makanya masih dibutuhkan bantuan likuiditas dari pemerintah.
Berharap dari Lebaran
Momentum puasa dan lebaran diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat, sehingga pendapatan dari ritel bisa terangkat sedikit di masa pandemi ini.
"Lebaran dan Puasa itu setiap tahun momentum besar bagi pedagang ritel untuk berjualan. Mau dari pedagang makanan, baju, sepatu elektronik, momen puasa lebaran harus dijaga untuk pemulihan ekonomi," katanya.
Melihat tahun lalu ada pembatasan dari pemerintah. Budi berharap tahun ini kepercayaan konsumen juga meningkat dari adanya vaksinasi, sehingga peritel bisa melakukan investasi. Tapi Peritel belum berani ambil ancang - ancang untuk menambah stok barang.
"Kalau ada pesanan barang takutnya tidak bisa terpenuhi, karena serba salah cash flow terganggu untuk melakukan penyetokan," jelas Budi.
Makanya pihaknya meminta kepada Pemerintah/perbankan juga membantu dari sisi permodalan pengadaan barang. Dengan demikian pada saat lebaran peritel dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
Budi menjelaskan dari sisi pembiayaan saat ini pelaku ritel sudah dapat merasakan rendahnya bunga cicilan kredit berusaha, juga penundaan bayar cicilan. Terakhir di bulan ini. Budi mengatakan OJK akan menerbitkan surat lagi mengenai insentif ini berlaku hingga setahun lagi.