Kenapa Centro sampai Digugat PKPU oleh Hotman Paris Cs?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 April 2021 06:19
Hotman Paris. Ismail/detikHOT
Foto: Hotman Paris. Ismail/detikHOT

Penutupan gerai Centro di Plaza Ambarrukmo Yogyakarta dan Centro di Bintaro Xchange, Tangsel, Banten, menimbulkan kekhawatiran sektor ini kian tertekan.

"Ada kabar demikian [tutup], tapi masih menunggu informasi resminya [dari Centro]" kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja kepada CNBC Indonesia.

Sebelumnya pada Rabu (17/3/2021), Centro Department Store di Plaza Ambarrukmo resmi tutup. Jaringan ritel milik Parkson Retail Asia Ltd yang tercatat di Bursa Singapura, lewat PT Tozy Sentosa ini tutup setelah melayani masyarakat Yogyakarta selama 15 tahun sejak Plaza Ambarrukmo berdiri.

Kabar serupa pada Centro Bintaro Xchange sudah terendus sejak akhir bulan lalu. Beberapa pengguna Twitter menyebut bahwa toko ritel ini sudah terdampak.

"Melaporkan dari centro bintaro. nggak nanya nggak apa tetiba masnya nyamperin "maaf ya mba, barang kami sudah nggak ada yang bisa di-display. kita terdampak banget" lalu... nyessss," tulis akun @aldeafr pada 28 Februari silam.

"Centro di bintaro tangsel juga tutup. Sedih bener efek pandemi ini," tulis @ProudlyCushions menanggapi kabar Centro di Plaza Ambarukmo yang tutup.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah pun mengatakan peritel besar memang kesusahan untuk bertahan di masa pandemi, sehingga banyak yang menutup gerai karena mahalnya biaya operasional.

"Tadi yang disebutkan Centro dan Giant itu adalah big format. Kalau big format memang makin besar retail makin sulit karena kondisi tahun lalu belum bisa berproduksi maksimal sehingga tingkat traffic menurun, cost sewa mahal," jelasnya di program Closing Bell CNBC Indonesia, Kamis (25/3/2021).

Pelonggaran aturan PPKM Mikro terkait jam buka pusat perbelanjaan cukup meningkatkan kedatangan pengunjung di mal. Budi mengatakan pada saat weekend traffic ke mal meningkat Maret dibandingkan bulan sebelumnya.

"Kita berterima kasih pemerintah mau dengar pelaku usaha jam buka sampai 21.00, nuansanya sekarang cukup positif konsumen mulai ada keyakinan," jelasnya.

Budi menjelaskan cash flow pelaku ritel tidak lagi seperti sebelum pandemi. Pemasukan tidak bisa didapat setiap hari, hanya hari-hari tertentu ada pembelian, sehingga pendapatannya menurun 50%-80% itu membuat strategi jangka pendek berantakan. Makanya masih dibutuhkan bantuan likuiditas dari pemerintah.

Berharap dari Lebaran

Momentum puasa dan lebaran diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat, sehingga pendapatan dari ritel bisa terangkat sedikit di masa pandemi ini.

"Lebaran dan Puasa itu setiap tahun momentum besar bagi pedagang ritel untuk berjualan. Mau dari pedagang makanan, baju, sepatu elektronik, momen puasa lebaran harus dijaga untuk pemulihan ekonomi," katanya.

Melihat tahun lalu ada pembatasan dari pemerintah. Budi berharap tahun ini kepercayaan konsumen juga meningkat dari adanya vaksinasi, sehingga peritel bisa melakukan investasi. Tapi Peritel belum berani ambil ancang - ancang untuk menambah stok barang.

"Kalau ada pesanan barang takutnya tidak bisa terpenuhi, karena serba salah cash flow terganggu untuk melakukan penyetokan," jelas Budi.

Makanya pihaknya meminta kepada Pemerintah/perbankan juga membantu dari sisi permodalan pengadaan barang. Dengan demikian pada saat lebaran peritel dapat memenuhi kebutuhan yang ada.

Budi menjelaskan dari sisi pembiayaan saat ini pelaku ritel sudah dapat merasakan rendahnya bunga cicilan kredit berusaha, juga penundaan bayar cicilan. Terakhir di bulan ini. Budi mengatakan OJK akan menerbitkan surat lagi mengenai insentif ini berlaku hingga setahun lagi.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular