
Market Cap BCA-BRI Turun Sepekan, Bank Jago Melesat Rp 13 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri pekan lalu dengan ditutup menguat tipis, yakni sebesar 0,43% ke level 6.011,45.
Pekan lalu (29 Maret-1 April), IHSG kembali mencatatkan kinerja terburuknya kembali, yakni ambles hingga 3,06% secara point-to-point.
IHSG kembali memulai awal pekan lalu dengan kinerja buruk, dimana indeks acuan bursa nasional tersebut terkoreksi pada 3 hari perdagangan beruntun sejak awal pekan. Bahkan pada perdagangan kedua dan ketiga IHSG terkoreksi di atas 1% per hari.
Alhasil akibat IHSG yang kembali ambles pada pekan lalu, nilai kapitalisasi pasar 10 terbesar (big cap) kembali turun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga akhir pekan lalu yang berakhir Kamis (1/4/2020) total dari 10 besar kapitalisasi pasar saham-sahamĀ big capĀ turun menjadi Rp 3.020 triliun, dari pekan sebelumnya sebesar Rp 3.108 triliun.
Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)
No. | Emiten | 01 April 2021 | No. | Emiten | 26 Maret 2021 | No. | Emiten | 19 Maret 2021 |
1. | Bank Central Asia/BBCA | 760 | 1. | Bank Central Asia/BBCA | 783 | 1. | Bank Central Asia/BBCA | 825 |
2. | Bank Rakyat Indonesia/BBRI | 524 | 2. | Bank Rakyat Indonesia/BBRI | 576 | 2. | Bank Rakyat Indonesia/BBRI | 570 |
3. | Telkom/TLKM | 336 | 3. | Telkom/TLKM | 346 | 3. | Telkom/TLKM | 341 |
4. | Bank Mandiri/BMRI | 286 | 4. | Bank Mandiri/BMRI | 297 | 4. | Bank Mandiri/BMRI | 313 |
5. | Unilever/UNVR | 253 | 5. | Unilever/UNVR | 252 | 5. | Unilever/UNVR | 258 |
6. | Astra/ASII | 217 | 6. | Astra/ASII | 227 | 6. | Astra/ASII | 234 |
7. | Chandra Asri/TPIA | 198 | 7. | Chandra Asri/TPIA | 194 | 7. | Chandra Asri/TPIA | 196 |
8. | Sampoerna/HMSP | 159 | 8. | Sampoerna/HMSP | 160 | 8. | Sampoerna/HMSP | 179 |
9. | Emtek/EMTK | 150 | 9. | Emtek/EMTK | 137 | 9. | Bank Jago/ARTO | 144 |
10. | Bank Jago/ARTO | 137 | 10. | Bank Jago/ARTO | 136 | 10. | Emtek/EMTK | 122 |
Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Kamis (1/4/2021)
Berdasarkan data di atas, mayoritas kembali mengalami penurunan market cap. Hanya 3 saham yang market cap-nya masih mengalami kenaikan.
Seperti pada pekan-pekan sebelumnya, posisi pertama masih diduduki oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai market cap-nya sebesar Rp 760 triliun atau turun sebanyak Rp 23 triliun pada pekan lalu.
Selanjutnya, di posisi kedua masih juga dipegang oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai market cap-nya sebesar Rp 576 triliun atau turun Rp 52 triliun. Penurunan market cap BBRI merupakan penurunan yang paling besar pada pekan lalu.
Namun, di tengah penurunan big cap pada pekan lalu, market cap PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) berhasil naik sebesar Rp 13 triliun menjadi Rp 150 triliun.
Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.
NEXT: Sentimen Pasar Sepekan
Tekanan di pasar saham Tanah Air datang baik dari dalam maupun luar negeri untuk perdagangan pekan lalu yang berakhir pada Kamis (1/4/2021).
Dari dalam negeri sentimen negatif datang dari kebijakan manajemen BPJS Ketenagakerjaan yang akan mengurangi porsi investasi di saham dan reksa dana.
Diketahui BPJSTK merupakan salah satu investor institusi raksasa. Sehingga apabila porsi investasi dikerdilkan berpotensi adanya arus uang keluar dari pasar modal dalam jumlah yang lumayan.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan rencana pengurangan investasi tersebut dalam rapat dengar pendapat bersama Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Komisi IX DPR, pekan lalu. Langkah tersebut dilakukan dalam rangka Asset Matching Liabilities (ALMA) Jaminan Hari Tua (JHT).
Sementara itu sentimen negatif yang berasal dari luar negeri adalah badai margin call yang menimpa saham perbankan AS juga memicu kekhawatiran seputar efeknya terhadap pasar keuangan global. Beberapa saham perbankan mengakui terkena forced sell (jual paksa) atas posisinya di short selling (jual kosong).
Pelaku pasar juga turut mencermati pergerakan imbal hasil (yield) surat utang AS tenor panjang yang terus menerus naik. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun sempat menyentuh 1,75% dan mengungguli imbal hasil dari dividen S&P 500 yang hanya 1,5%.
Surat utang merupakan instrumen investasi yang relatif lebih aman ketimbang saham. Namun ketika obligasi memberikan imbal hasil yang lebih menarik maka opportunity cost memegang saham menjadi naik dan kurang menarik.
Di sisi lain kenaikan yield seolah mengisyaratkan kenaikan biaya meminjam (borrowing cost). Pasar mengantisipasi kalau-kalau The Fed akan mengetatkan likuiditas lewat tapering.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Market Cap BCA Kokoh di Puncak, Charoen Depak Sinarmas!
