BPJS & US Treasury, Bikin Saham Bank Kakap RI Ambles Serentak

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
31 March 2021 09:47
PT Bank Central Asia Tbk. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: PT Bank Central Asia Tbk. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham bank-bank besar atau BUKU IV (bank dengan modal inti di atas Rp 30 Triliun) kompak dibuka berjatuhan ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Rabu (31/3/2021).

Sentimen negatif soal rencana pengurangan investasi saham di bursa oleh BPJS atau BP Jamsostek dan naiknya yield US Treasury mempengaruhi gerak saham-saham di bursa, termasuk saham bank besar tersebut.

Ambruknya saham bank besar tersebut seiring dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 0,85% ke posisi 6.019,92, pada pukul 09:25 WIB.

Berikut gerak saham bank-bank besar pada penutupan pasar pagi ini (31/3).

  1. Bank Pan Indonesia (PNBN), saham -1,81%, ke Rp 1.085, transaksi Rp 132 Juta

  2. Bank Central Asia (BBCA), -1,49%, ke Rp 31.500, transaksi Rp 153 M

  3. Bank Rakyat Indonesia (BBRI), -1,33%, ke Rp 4.440, transaksi Rp 169 M

  4. Bank Mandiri (BMRI), -1,19%, ke Rp 6.250, transaksi Rp 75 M

  5. Bank Cimb Niaga (BNGA), -0,97%, ke Rp 1.025, transaksi Rp 1 M

  6. Bank Permata (BNLI), -0,94%, ke Rp 2.100, transaksi Rp 21 M

  7. Bank Danamon Indonesia (BDMN), -0,36%, ke Rp 2.770, transaksi Rp 704 juta

  8. Bank Negara Indonesia (BBNI), =0,00%, ke Rp 5.800, transaksi Rp 28 M

Dari daftar di atas, saham bank milik Grup Panin, PNBN, tercatat paling ambles di antara lainnya, yakni sebesar 1,81% ke Rp 1.085/saham.

Nilai transaksi saham ini sebesar Rp 132 juta. Tercatat asing menjual saham PNBN sebesar Rp 54,78 juta.

Di tempat kedua, ada saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di bursa, BBCA, yang ikut anjlok 1,49% ke Rp 31.500/saham. Nilai transaksi saham BBCA sebesar 153 miliar.

Dengan catatan transaksi tersebut, BBCA menempati peringkat ketiga saham dengan nilai transaksi terbesar pada pagi ini.

Adapun, asing tercatat ramai-ramai melego saham ini sebesar Rp 68,3 miliar. Hal ini menjadikan BBCA menjadi saham yang paling banyak dilepas asing pada pagi ini.

Di bawah BBCA, ada duo emiten bank pelat merah,BBRI dan BMRI. Saham BBRI merosot 1,33% ke Rp 4.440/saham.

Seperti BBCA, catatan nilai transaksi saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar kedua ini tergolong jjumbo, sebesar Rp 169 miliar. Dengan ini, BBRI menempati posisi kedua saham dengan nilai transaksi terbesar di bursa pagi ini.

Asing juga keluar dari BBRI dengan catatan jual bersih Rp 44,5 miliar, terbanyak kedua di bawah BBCA.

Selain BBRI, saham BMRI ikut ambles 1,19% ke Rp 6.250/saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 75 miliar.

Praktis, dengan pelemahan ini saham BMRI sudah berkubang di zona merah selama tiga hari beruntun. Alhasil, dalam sepekan saham BMRI sudah terkoreksi 1,95%.

Sentimen negatif di pasar saham domestik datang dari rencana BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek, yang merupakan salah satu investor institusi raksasa, akan mengurangi investasi di pasar saham.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan rencana pengurangan investasi tersebut dalam rapat dengar pendapat bersama Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Komisi IX DPR. Langkah ini dilakukan dalam rangka Asset Matching Liabilities (ALMA) Jaminan Hari Tua (JHT). Ada tiga strategi yang disampaikan BP Jamsostek.

"Pertama, strategi investasi dengan melakukan perubahan dari saham dan reksa dana ke obligasi dan investasi langsung sehingga bobot instrumen saham dan reksa dana semakin kecil," jelas Anggoro, Selasa (30/3/2021).

Sentimen lainnya yang ikut membuat saham-saham di bursa Tanah Air ambruk, yakni terkait kembali naiknya yield obligasi pemerintah AS (US Treasury).

Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun naik 6 basis poin (bp) ke level tertingginya 1,77% pada Selasa (30/3/2021) pagi waktu setempat.

Level tersebut merupakan level tertinggi dalam 14 bulan atau sejak Januari 2020, seiring dari peluncuran vaksin dan pengeluaran infrastruktur yang diharapkan mendorong prospek pemulihan ekonomi yang luas dan kenaikan inflasi. Namun pada penutupan pasar, yield Treasury kemudian melandai ke level 1,73%.

Ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan, serta kenaikan inflasi membuat pelaku pasar melepas Treasury yang membuat yield-nya naik


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Raksasa Kolaps, Untung BCA Bisa Tahan Koreksi IHSG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular