
Digoyang BPJS & Margin Call, Saham Bank Raksasa RI Keok

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham bank-bank besar atau BUKU IV (bank dengan modal inti di atas Rp 30 Triliun) serentak ditutup berjatuhan ke zona merah pada perdagangan hari ini, Selasa (30/3/2021). Pelemahan tersebut terjadi setelah sejumlah bank mengumumkan rencana pembagian dividen perusahaan.
trio bank pelat merah yang baru-baru ini mengumumkan akan membagikan dividen perusahaan kepada para pemegang saham serentak ambles.
Berikut gerak saham bank-bank besar pada penutupan pasar hari ini (30/3).
Bank Rakyat Indonesia (BBRI), -4,66%, ke Rp 4.500, transaksi Rp 868 M
Bank Negara Indonesia (BBNI), -4,13%, ke Rp 5.800, transaksi Rp 230 M
Bank Permata (BNLI), saham -3,20%, ke Rp 2.120, transaksi Rp 532 M
Bank Danamon Indonesia (BDMN), -2,11%, ke Rp 2.780, transaksi Rp 8 M
Bank CIMB Niaga (BNGA), -1,90%, ke Rp 1.035, transaksi Rp 5 M
Bank Mandiri (BMRI), -0,78%, ke Rp 6.325, transaksi Rp 129 M
Bank Central Asia (BBCA), saham +0,55%, ke Rp 31.975, transaksi Rp 530 M
Bank Pan Indonesia (PNBN), +1,84%, ke Rp 1.105, transaksi Rp 2 M
Dari daftar di atas, trio emiten bank pelat merah ditutup ambles pada hari ini. Ketiganya ialah BBRI, BBNI dan BMRI. Sementara, BBCA dan PNBN berhasil ditutup menguat pada perdagangan sesi II hari ini.
Saham BBRI menjadi yang paling anjlok di antara saham lainnya, yakni sebesar 4,66% ke Rp 4.500/saham. Nilai transaksi saham ini sebesar Rp 868 miliar.
Dengan nilai transaksi sebesar itu, BBRI menjadi saham nomor satu yang paling banyak ditransaksikan pada hari ini.
Selain itu, saham BBRI juga menjadi yang paling banyak dilego asing hari ini, dengan catatan jual bersih Rp 289,5 miliar. Angka ini jauh di atas saham emiten Induk Grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) yang sebesar Rp 81,9 miliar.
Dengan penurunan ini, saham BBRI sudah terkoreksi 3,64% dalam sepekan. Sementara dalam sebulan sudah ambles 6,83%.
Pada Kamis (25/3), Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BBRI menyetujui pembagian dividen atas laba bersih tahun 2020.
Perseroan akan membagikan dividen sebesar Rp 12,1 triliun atau 65% dari total laba bersih Bank BRI tahun lalu senilai Rp 18,65 triliun. Sementara itu sisanya sebesar 35% atau sebesar Rp 6,5 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan.
Di tempat kedua ada saham BBNI yang ambles 4,13% ke Rp 5.800/saham. Nilai transaksi saham BBNI sebesar Rp 230 miliar, menjadikan saham ini berada di peringkat tujuh saham dengan nilai transaksi sebesar hari ini.
Selain itu, asing juga tercatat ramai-ramai keluar dari saham ini dengan catatan jual bersih Rp 18,3 miliar.
Adapun BBNI akan membagikan dividen sebesar 25% dari perolehan laba bersih perseroan sepanjang tahun 2020 atau sekitar Rp 820,1 miliar. Hal ini disetujui dalam RUPST perseroan, Senin (29/3).
Dengan memperhitungkan komposisi saham milik pemerintah sebesar 60%, maka BNI akan menyetorkan dividen sebesar Rp 492,58 miliar ke rekening kas umum negara.
Saham emiten bank pelat merah yang ketiga, BMRI, melemah 0,78% ke Rp 6.325/saham. Nilai transaksi saham ini sebesar Rp 129 miliar.
Meskipun merosot, BMRI menjadi saham dengan catatan beli bersih asing terbanyak hari ini, yakni Rp 36,0 miliar.
Sebelumnya, pada 15 Maret lalu, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BMRI menyetujui pembagian dividen sebanyak 60% dari laba bersih 2020, atau sekitar Rp 10,27 triliun. Dari total jumlah dividen yang dibagikan tersebut, setiap unit saham mendapatkan Rp 220.
Tidak seperti trio bank pelat merah di atas, saham BBCA ditutup menguat 0,55% ke Rp 31.975/saham. Sementara, nilai transaksi saham ini sebesar Rp 530 miliar. Hal ini menjadikan saham dengan kapitalisasi pasar Rp 788,34 triliun ini di peringkat ketiga saham dengan nilai transaksi tertinggi hari ini.
Bersamaan dengan RUPST BBNI, pada Senin (29/3) RUPST BBCA memutuskan membagikan 48% dari laba bersih menjadi dividen. Investor akan meperoleh Rp 530 untuk setiap unit saham yang dimiliki.
Selain BBCA, saham bank Grup Panin, PNBN, juga berhasil berada di zona hijau beberapa saat sebelum jam pasar ditutup. PNBN menguat 1,84% ke Rp 1.105/saham setelah seharian banyak berkutat di zona merah.
Sentimen negatif di pasar saham domestik datang dari rencana BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek, yang merupakan salah satu investor institusi raksasa, akan mengurangi investasi di pasar saham.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan rencana pengurangan investasi tersebut dalam rapat dengar pendapat bersama Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Komisi IX DPR. Langkah ini dilakukan dalam rangka Asset Matching Liabilities (ALMA) Jaminan Hari Tua (JHT). Ada tiga strategi yang disampaikan BP Jamsostek.
"Pertama, strategi investasi dengan melakukan perubahan dari saham dan reksa dana ke obligasi dan investasi langsung sehingga bobot instrumen saham dan reksa dana semakin kecil," jelas Anggoro, Selasa (30/3/2021).
Selain itu sentimen global yakni badai margin call yang menimpa saham perbankan AS juga memicu kekhawatiran seputar efeknya terhadap pasar keuangan global. Beberapa saham perbankan mengakui terkenaforced sell(jual paksa) atas posisinya dishort selling(jual kosong).
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Raksasa Kolaps, Untung BCA Bisa Tahan Koreksi IHSG