
Yield Treasury Melesat Lagi, Harga SBN Ditutup Melemah

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Selasa (30/3/2021) ditutup melemah, seiring dari naiknya kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada sore hari ini waktu Indonesia.
Mayoritas SBN acuan berbagai tenor cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield-nya. Namun kenaikan yield tersebut tidak terjadi di SBN bertenor 1 tahun dengan seri FR0061 dan SBN berjatuh tempo 25 tahun dengan kode FR0067.
SBN dengan seri FR0061 mengalami penurunan yield sebesar 2 basis poin (bp) ke level 3,823%, sedangkan yield SBN dengan kode FR0067 masih stagnan di 7,505%. Sementara itu, yield SBN seri FR0087 dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali naik sebesar 3,8 bp ke level 6,794%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Harga SBN yang melemah ditandai dengan kenaikan yield-nya kembali terjadi setelah yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali naik pada sore hari ini waktu Indonesia. Berdasarkan data World Government Bond, per pukul 17:15 WIB, yield surat utang pemerintah AS acuan tenor 10 tahun naik sebesar 4,8 basis poin ke level 1,765%.
Sementara jika dibandingkan posisi akhir tahun 2020, yield tersebut melesat nyaris 85 basis poin, dan berada di level tertinggi sejak Januari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi. Ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan, dan kenaikan inflasi membuat pelaku pasar melepas Treasury sehingga yield naik.
Alhasil, selisih (spread) yield Treasury dengan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit. Adapun pada sore hari ini waktu Indonesia, selisih antara yield SBN acuan tenor 10 tahun dengan yield Treasury AS yang berjatuh tempo 10 tahun sebesar 509,9 bp.
Dengan status Indonesia yang merupakan negara emerging market, menyempitnya selisih yield membuat SBN menjadi kurang menarik, sehingga memicu capital outflow yang pada akhirnya menekan rupiah.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang tahun ini hingga Senin, 29 Maret lalu, terjadi capital outflow sebesar Rp 26 triliun di pasar obligasi.
Kabar buruknya, Reuters memprediksi yield Treasury AS terus menanjak. Reuters melakukan survei terhadap 70 ahli strategi fix income pada periode 18-25 Maret lalu, mayoritas memprediksi yield akan mencapai 1,9% dalam satu tahun ke depan.
Bahkan, hasil survei tersebut menunjukkan aksi jual di pasar obligasi AS masih akan terjadi dalam 3 bulan ke depan. Artinya, ada kemungkinan yield Treasury akan menanjak signifikan di kuartal II-2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi
