Rupiah Sepekan

Rupiah Memang Lemah, Tetapi Harapan Tidak Punah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 March 2021 08:50
Ilustrasi Koin Rupiah
Ilustrasi Koin Rupiah (AP/Binsar Bakkara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah sepanjang pekan ini. Namun ada harapan, karena depresiasi rupiah semakin menipis.

Sepanjang minggu ini, rupiah melemah 0,07% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Dolar AS kini sudah di atas 14.400. Sepanjang 2021, rupiah sudah terdepresiasi 2,64% terhadap dolar AS.

Walau masih melemah, bukan berarti tidak ada harapan buat rupiah. Pekan ini, depresiasi rupiah lebih landai ketimbang pekan sebelumnya yang sebesar 0,14%. Juga lebih tipis dibandingkan pekan yang berakhir 12 Maret 2021 yakni 0,63%.

Dari dalam negeri, pelemahan rupiah tidak lepas dari tingginya kebutuhan valas korporasi jelang akhir kuartal I karena kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya. Selepas bulan ini, tekanan terhadap rupiah diharapkan mereda karena kebutuhan valas korporasi akan berkurang.

Sementara dari sisi eksternal, ada kecenderungan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tidak lagi 'buas'. Sepanjang pekan ini, yield surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden untuk tenor 10 tahun turun 7,2 basis poin (bps).

Halaman Selanjutnya --> Inflasi AS Melambat

Penurunan yield tidak lepas dari sejumlah data ekonomi AS yang kurang oke. Paling anyar, inflasi AS (yang dicerminkan oleh Personal Consumption Expenditure/PCE inti) pada Februari 2021 ada di 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Melambat dibandingkan laju Januari 2021 yang sebesar 1,5% YoY.

Secara bulanan (month-to-month) laju PCE inti juga melambat. Pada Februari 2021, angkanya adalah 0,1% dibandingkan 0,2% pada bulan sebelumnya.

Ini menandakan bahwa permintaan di Negeri Adikuasa belum pulih betul. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), yang membuat 9,5 juta orang masih mengganggur, membuat permintaan masih lemah.

"Kami memang memperkirakan inflasi akan naik tahun ini, Namun tidak besar dan berkelanjutan," tegas Jerome 'Jay' Powell, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), dalam Rapat Kerja bersama Kongres, pekan ini.

Oleh karena itu, kemungkinan besar The Fed tidak akan melonggarkan kebijakan moneter dalam waktu dekat. Suku bunga acuan akan tetap bertahan rendah mendekati 0%, dan gelontoran likuditas melalui quantitative easing sebesar US$ 120 miliar/bulan terus berjalan.

Perkembangan ini membuat investor tidak lagi berani 'bertaruh' bahwa yield bisa naik terus. Akhirnya yield terkoreksi sehingga membuat depresiasi rupiah menipis.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular