
Optimisme Pasar Membaik, Harga SBN Kembali Terkoreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Jumat (26/3/2021) akhir pekan ini mayoritas ditutup melemah, di tengah penguatan pasar saham global dan dalam negeri pada hari ini karena pelaku pasar kembali optimis.
Mayoritas SBN acuan (benchmark) cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan kembali imbal hasil (yield) di hampir semua SBN acuan.
Namun, SBN bertenor 3 tahun dengan kode FR0039 dan SBN berjatuh tempo 25 tahun dengan seri FR0067 pada hari ini masih dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penurunan yield yang masih terjadi di kedua SBN tersebut.
Yield SBN seri FR0039 turun sebesar 0,6 basis poin (bp) ke level 5,31%, sedangkan yield SBN berkode FR0067 turun sebesar 8 bp ke 7,505%. Sementara itu, yield SBN seri FR0087 dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik naik 2 basis poin (bp) ke level 6,749%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Harga SBN yang kembali melemah dan yield SBN yang kembali naik terjadi setelah yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali naik pada sore hari ini waktu Indonesia.
Berdasarkan data dari situs World Government Bond, yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun kembali naik 2,7 basis poin ke level 1,66% pada sore hari ini waktu Indonesia.
Pasar saham global dan dalam negeri yang ditutup menguat pada hari ini menandakan pelaku pasar kembali berinvestasi di aset berisiko seperti saham dan kembali meninggalkan aset safe haven seperti obligasi.
Pendorong menguatnya pasar saham global dan dalam negeri hari ini adalah rilis data klaim pengangguran AS yang kembali menunjukkan hasil yang positif.
Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan jumlah klaim tunjangan pengangguran di Negeri Adikuasa tersebut tercatat 684.000 pada pekan lalu. Turun drastis 97.000 dibandingkan dengan pekan sebelumnya dan menyentuh titik terendah sejak Maret 2020.
Data ini menunjukkan bahwa perlahan tetapi pasti AS mulai pulih dari dampak pagebluk virus corona yang memporak-porandakan seluruh sendi kehidupan. Kini pandemi mulai terkendali karena vaksinasi terus digalakkan sehingga 'keran' aktivitas dan mobilitas publik bisa dibuka secara bertahap.
Selain itu, sentimen dari perkiraan terbaru Bank Dunia (World Bank) terkait pertumbuhan ekonomi China juga menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi namun menjadi sentiment positif bagi pasar saham di Asia dan Indonesia.
Bank Dunia merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi China, di mana lembaga bank di dunia tersebut memproyeksikan bahwa ekonomi China akan tumbuh sebesar 8,1% tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi
