Analisis

Resmi Keroyokan Bikin Holding Baterai, Ini Beda Aset 4 BUMN

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
29 March 2021 07:35
Konferensi Pers Indonesia Battery Corporation, Jumat 26 Maret 2021
Foto: Konferensi Pers Indonesia Battery Corporation, Jumat 26 Maret 2021

Untuk BUMN kelistrikan, PLN, berdasarkan laporan keuangan, pada akhir 2019, jumlah aset tertinggi dimiliki oleh PLN sebesar Rp 1.585 triliun dengan 90% nya merupakan aset tidak lancar.

Pertamina menyusul di posisi kedua dengan total aset Rp 939,2 triliun. Posisi ketiga ditempati Inalum dengan total aset 10 kali lebih kecil dari milik PLN sebesar Rp 164 triliun. Antam memiliki jumlah aset sebesar Rp 30,1 triliun.

Total aset dari keempat perusahaan holding baterai tersebut adalah Rp. 2.718 triliun dengan PLN berkontribusi lebih dari separuhnya.

Dari sisi pendapatan, sepanjang tahun 2019, Pertamina memperoleh pendapatan tertinggi sebesar Rp 764 triliun. PLN menyusul di posisi kedua dengan pendapatan sebesar Rp 285 triliun, Inalum Rp 80,6 triliun dan Antam Rp 32,7 triliun.

Holding baterai memperoleh total pendapatan sebesar Rp. 1.162 triliun.

Kinerja 4 BUMN/Ferry Sandria/CNBCFoto: Kinerja 4 BUMN/Ferry Sandria/CNBC
Kinerja 4 BUMN/Ferry Sandria/CNBC

Untuk beban usaha, sepanjang 2019 Pertamina kembali terbesar dengan nilai beban usaha sebesar Rp 695 triliun. PLN merogoh kocek sebesar Rp. 315 triliun, yang mana lebih besar dari pendapatan usaha mereka. Inalum menghabiskan Rp. 74,8 triliun dan Antam Rp. 31,7 triliun.

Total beban usaha keempat perusahaan tersebut selama adalah sebesar Rp 1.117 triliun.

Pertamina mencetak laba sebesar Rp. 68,6 triliun sepanjang 2019, Inalum memperoleh laba sebesar Rp. 5,7 triliun dan Antam sebesar Rp. 995 milyar.

PLN mengalami kerugian Rp. 29,8 triliun jika tidak memperoleh subsidi. Akan tetapi setelah menghitung subsidi listrik dari pemerintah sebesar Rp. 51,7 triliun dan pendapatan dari kompensasi sebesar Rp. 22,2 triliun, total laba usaha menjadi Rp. 44,1 triliun.

Total profit keempat perusahaan tersebut setelah subsidi adalah Rp. 119,3 triliun.

Dari segi ekuitas, PLN memimpin dengan nilai sebesar Rp. 929 triliun. Pertamina Rp. 437,1 triliun, Inalum Rp. 71,1 triliun dan Antam Rp. 18,1 triliun. Total ekuitas empat perusahaan yang ikut dalam holding baterai adalah Rp. 1.455 triliun

Untuk laporan kinerja keuangan setahun penuh tahun 2020, baru PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang sudah menerbitkan. Untuk PLN dan Pertamina, kinerja keuangan terbaru mereka adalah laporan paruh pertama tahun 2020, sedangkan Inalum belum mengeluarkan laporan kinerja keungan selama tahun 2020 lalu.

Pada tahun 2020 pendapatan Antam turun 16,5% menjadi Rp 27,3 triliun, beban usaha ikut turun 20,2% menjadi Rp. 25,5, dan mengalami kenaikan laba menjadi Rp 2 triliun. Aset Antam naik 5,3% menjadi Rp 31,7 triliun, ekuitas pun naik 5% menjadi Rp. 19 triliun.

Pendapatan PLN pada paruh pertama 2020 mencapai 49% dari total pendapatan tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 139,7 triliun.

Beban usaha mencapai Rp. 149,9 triliun, porsinya 47,5% dari total tahun 2019. Untuk laba paruh pertama 2020, sebelum subsidi PLN merugi Rp. 10,1 triliun dan menjadi untung Rp. 14,8 triliun setelah mendapatkan subsidi sebesar Rp 25 triliun.

Untuk aset dan ekuitas masing-masing mengalami kenaikan kecil menjadi Rp 1.617 triliun dan Rp 932 triliun..

Sementara Untuk Pertamina, pendapatan paruh pertama 2020 atau semester I, baru mencapai 37,5% dari total pendapatan tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 286,8 triliun. Beban usaha sendiri mencapai Rp. 264,2 triliun, 37,9% dari total tahun sebelumnya. Untuk laba semester I-2020, baru mencapai 32% dari total penuh 2019, yaitu sebesar Rp. 22,5 triliun.

Adapun aset dan ekuitas Pertamina, masing-masing mengalami kenaikan tipis menjadi Rp 983 triliun dan Rp 415 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular