
Resmi Keroyokan Bikin Holding Baterai, Ini Beda Aset 4 BUMN

Jakarta, CNBC Indonesia - Resmi sudah pendirian holding perusahaan pabrik baterai listrik milik Indonesia yakni Indonesia Battery Corporation (IBC). Perusahaan patungan empat BUMN ini didirikan sebagai holding untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Sebanyak empat perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energi yang membentuk IBC yakni Holding Industri Pertambangan MIND ID (PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum), PT Anyam Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), dengan komposisi saham sebesar masing-masing 25%.
Jumat pekan lalu (26/3), Menteri BUMN Erick Thohir menggelar konferensi pers bersama pendirian IBC ini. Hadir saat itu, Wakil Menteri BUMN 1 Pahala N. Mansury, Ketua Tim Percepatan Proyek EV Battery Nasional Agus Tjahajana Wirakusumah, Group CEO MIND ID Orias Petrus Moedak, Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha Pertamina Iman Rachman, Dirut PLN Zulkifli Zaini, Dirut Antam Dana Amin, dan Dirut Pertamina Power Indonesia Dannif Danu Saputro.
"Kita ingin menciptakan nilai tambah ekonomi dalam industri pertambangan dan energi, terutama nikel yang menjadi bahan utama baterai EV, mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik, dan memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, investasi skala besar seperti ini akan membuka banyak lapangan kerja, khususnya untuk generasi muda kita, " ujar Erick Thohir dalam konferensi pers tersebut.
Penandatanganan perjanjian pemegang saham (shareholders' agreement) sudah dilangsungkan pada 16 Maret 2021 oleh empat BUMN tersebut.
Sejalan dengan IBC yang akan mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik, IBC juga akan melakukan kerja sama dengan pihak ketiga yang menguasai teknologi dan pasar global untuk membentuk entitas patungan di sepanjang rantai nilai industri EV battery mulai dari pengolahan nikel, material precursor dan katoda, hingga battery cell, pack, energy storage system (ESS), dan recycling.
Hingga saat ini telah dilakukan penjajakan kepada beberapa perusahaan global yang bergerak di industri baterai EV, seperti dari China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Eropa.
Wakil Menteri I BUMN, Pahala Mansury mengungkapkan IBC tidak hanya akan punya satu pabrik. Namun akan menjadi industri baterai listrik yang terintegrasi.
"Jadi bukan bangun 1 pabrik saja, tap Indonesia punya mining-nya, smelting-nya, kemudian produksi prekursor, battery pack, bahkan tadi disampaikan kami ingin juga energy storage stabilizer dan recycling-nya. Investasi yang dibutuhkan bisa sampai sampai US$ 17 miliar," kata Pahala, dikutip Sabtu (27/3/2021).
IBC rencananya ingin memiliki kapasitas mencapai 140 giga watt hour (GWh) dan 50 GWh di antaranya akan bisa diekspor. Lalu sisanya digunakan untuk produksi Electric Vehicle atau EV di Indonesia.
Menurut Pahala, potensi EV di Indonesia terdiri dari dua roda sebanyak 10 unit lalu empat roda lebih dari 2 juta unit untuk tahun 2030.
Selain itu Nike ore, campuran bijih nikel laterit kadar rendah jenis saprolit dengan limonit dapat diproduksi di Indonesia. Nantinya bisa menjadi baterai cell berkapasitas 140 GWh.
"Tahap 1 bagaimana produksi antara 10-30 GWh untuk produksi baterainya tahap 1, tapi perkembangan nanti dengan jumlah mitra yang kita miliki dan makin banyak yang bisa diproduksi di domestik dari masing masing bagian ini kita harapkan bisa jadi bagian," jelasnya
Lalu bagaimana dengan kinerja keuangan empat perusahaan BUMN ini. Dengan kapasitas keuangan yang ada, apakah bisa mengembangkan holding industri baterai ke depan?
NEXT: Gabungan Aset 4 BUMN Ini
