
Indonesia Battery Corp Resmi Dibentuk & Rencana Rp 238 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian BUMN resmi mengumumkan adanya holding perusahaan baterai BUMN yaitu Indonesia Battery Corporation atau IBC. Investasi yang dibutuhkan untuk holding tersebut mencapai Rp238 Triliun.
Perusahaan holding ini akan terdiri dari empat perusahaan BUMN yaitu PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero)/Inalum alias MIND ID, anak usahanya ANTM, Pertamina dan PLN.
Wakil Menteri I BUMN, Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan IBC tidak hanya akan punya satu pabrik. Namun akan menjadi industri baterai listrik yang terintegrasi.
"Jadi bukan bangun 1 pabrik saja, tap Indonesia punya mining-nya, smelting-nya, kemudian produksi prekursor, battery pack, bahkan tadi disampaikan kami ingin juga energy storage stabilizer dan recycling-nya. Investasi yang dibutuhkan bisa sampai sampai US$ 17 miliar," kata Pahala, dikutip Sabtu (27/3/2021).
Secara kepemilikan saham masing-masing perusahaan sama besarnya yakni 25%. Selain itu dia menjelaskan tujuan IBC adalah kekuatan hulu ke hilir bisa satukan.
"Tujuan utama supaya kekuatan di hulu-hilir bisa disatukan, makanya keempat BUMN bentuk IBC yang masing-masing bagian supply chain industri battery ini akan ada JV (Joint Venture) itu akan dilakukan." ujar Pahala.
IBC rencananya ingin memiliki kapasitas mencapai 140 giga watt hour (GWh) dan 50 GWh diantaranya akan bisa diekspor. Lalu sisanya digunakan untuk produksi Electric Vehicle atau EV di Indonesia.
Menurut Pahala, potensi EV di Indonesia terdiri dari dua roda sebanyak 10 unit lalu empat roda lebih dari 2 juta unit untuk tahun 2030.
Selainn itu Nike ore, campuran bijih nikel laterit kadar rendah jenis saprolit dengan limonit dapat diproduksi di Indonesia. Nantinya bisa menjadi baterai cell berkapasitas 140 GWh.
"Tahap 1 bagaimana produksi antara 10-30 GWh untuk produksi baterainya tahap 1, tapi perkembangan nanti dengan jumlah mitra yang kita miliki dan makin banyak yang bisa diproduksi di domestik dari masing masing bagian ini kita harapkan bisa jadi bagian," jelasnya.
Tahun ini rencananya akan dilakukan investasi pengembangan battery cell di huilir dan dilakukan oleh empat perusahaan tersebut. Dia mengharapkan 2021 hingga 2023 akan ada dampak yang dirasakan langsung sebab pengaruh pengembangan ekonomi pasca COVID-19.
"Kalau ditanya apakah akan ada pengaruh, ada namun belum sebesar apa yang menjadi visi kita bersama sampai 190 GWh mungkin awalnya kapasitas rendah tetapi selain dari itu 6 bulan setelah ini Antam dan calon mitra akan lakukan studi dan setelah selesai akan lakukan pengembangan mining-nya dan lakukan smelting facility," ujar Pahala.
