Kalau Batu Bara Tembus US$ 100/ton, Saham Apa Paling Oke?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 March 2021 08:57
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara sebelumnya bergerak dengan volatilitas yang tinggi. Namun dalam dua hari perdagangan terakhir volatilitas harga si batu hitam tak setajam sebelumnya. 

Pada penutupan perdagangan kemarin, harga kontrak batu bara termal ICE Newcastle yang ramai ditransaksikan di bursa berjangka menguat 0,31% ke US$ 95,7/troy ons. Sudah dua hari ini harga batu bara bertahan di level US$ 95/ton. 

Sebelumnya harga batu bara sempat tembus level tertingginya dalam dua tahun terakhir yakni US$ 98,4/ton pada 22 Maret lalu. Setelah itu harga batu bara merosot tajam tetapi berhasil bertahan di level sekarang. Apabila penguatan ini tetap dipertahankan maka harga batu bara berpeluang menuju US$ 100/ton. 

Dalam riset BRI Danareksa Sekuritas, harga batu bara untuk tahun 2021 diperkirakan bakal lebih tinggi di tahun 2021 ini. Harga si batu hitam diramal bakal berada di rentang US$ 70 - US$ 80 per ton seiring dengan adanya pemulihan ekonomi global.

Impor batu bara termal India diperkirakan akan meningkat 12,2% (yoy) pada tahun 2021 didukung oleh pemulihan aktivitas industri di negara tersebut.

Selain itu dalam laporan tersebut BRI Danareksa Sekuritas percaya bahwa larangan impor batu bara Australia oleh China sejak kuartal terakhir tahun lalu akan menguntungkan harga batu bara Indonesia.

Pada periode 10 bulan pertama tahun lalu impor batu bara termal China dari Australia menyumbang sekitar 22,9% dari total impor batu bara termal China.

Terakhir, hujan deras yang disebabkan oleh fenomena iklim La-Nina diperkirakan akan semakin memperketat produksi batu bara di Indonesia pada tahun 2021.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan pertumbuhan yang datar pada produksi batu bara Indonesia sebesar 550 juta ton untuk tahun 2021 tergantung pada pemulihan lebih lanjut di pertumbuhan ekonomi global.

Untuk jangka panjang permintaan batu bara akan ditopang oleh permintaan dari kawasan Asia Tenggara. Secara khusus, permintaan batu bara akan didorong oleh pembangkit listrik berbasis batu bara yang akan dibangun di Vietnam dan Indonesia.

Kenaikan harga batu bara menjadi sentimen positif untuk harga saham emitennya. Kendati secara statistik korelasi harga batu bara dengan harga sahamnya cenderung lemah tetapi hubungan keduanya adalah positif. Artinya kenaikan harga batu bara juga diikuti dengan kenaikan harga sahamnya. 

Melesatnya harga batu bara akan cenderung menguntungkan saham-saham batu bara terutama tiga emiten yang terkenal rajin membagi dividen tinggi yaitu PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). 

Dari sisi volatilitas, kenaikan tajam harga batu bara akan cenderung dibarengi dengan apresiasi signifikan harga saham PT Indika Energy Tbk (INDY).


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Detik-detik Batu Bara ke US$ 70, Pantas Sahamnya Pesta Pora

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular