Hati-hati, Rupiah! Yield Obligasi Joe Biden Masih Lanjut Naik

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 March 2021 09:17
Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilurstrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Setelah lama 'tertindas', memang susah saatnya rupiah melawan.

Pada Jumat (26/3/2021), US$ 1 dihargai Rp 14.420 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun beberapa menit kemudian rupiah berhasil menguat. Pada pukul 09:15 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.415 di mana rupiah menguat tipis 0,03%.

Kemarin rupiah ditutup stagnan di Rp 14.420/US$. Patut disyukuri karena mata uang Tanah Air nyaris sepanjang hari berkubang di zona merah.

Rupiah memang sedang menjalani tren depresiasi. Sejak akhir 2020 (year-to-date), rupiah melemah 2,41% di hadapan dolar AS. Sepanjang bulan ini, depresiasi rupiah tercatat 1,19%.

Oleh karena itu, rupiah jadi punya tenaga untuk mencetak technical rebound. Rupiah yang sudah 'murah' kini menjadi menarik di mata investor.

Namun ke depan, sepertinya risiko pelemahan rupiah masih cukup tinggi. Penyebabnya adalah tren kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.

Pada pukul 07:53 WIB, yield surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden melonjak 12,1 basis poin (bps) menjadi 1,6261%. Secara year-to-date, yield instrumen ini sudah melonjak 71,41 bps.

Akhir-akhir ini, kenaikan yield US Treasury menjadi momok bagi pasar keuangan global. Kenaikan yield membuat instrumen lain menjadi tidak menarik.

Akhir pekan lalu, yield US Treasury Bonds sempat berada di atas 1,7%. Tidak jauh dari dividend yield indeks S&P 500 yang berada di kisaran 1,9%. Artinya, instrumen aman seperti obligasi memberi imbalan yang bersaing dengan aset berisiko.

"Kami tidak yakin ini adalah garis finis untuk obligasi pemerintah AS, masih bisa lanjut terus. Ini akan membuat mata uang negara-negara berkembang cenderung melemah," sebut riset Citi.

Halaman Selanjutnya --> Ekonomi AS Semakin Kuat

Well, hari esok mempunyai kekusahannya sendiri. Sekarang yang penting kita nikmati saja penguatan rupiah hari ini. Selain technical rebound, apa yang membuat rupiah bisa berjaya?

Sepertinya minat investor terhadap aset berisiko (risk appetite) sedang meningkat. Ini terlihat di bursa saham New York yang dini hari tadi waktu Indonesia ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,62%, S&P 500 terangkat 0,52%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,12%.

Pelaku pasar menyambut positif dinamika terbaru di AS. Pada pekan yang berakhir 20 Maret 2021, jumlah klaim tunjangan pengangguran di Negeri Paman Sam tercatat 684.000. Turun drastis 97.000 dbaadingkan pekan sebelumnya dan menyentuh titik terendah sejak Maret 2020.

Data ini menunjukkan bahwa perlahan tetapi pasti AS mulai pulih dari dampak pagebluk virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang memporak-porandakan seluruh sendi kehidupan. Kini pandemi mulai terkendali karena vaksinasi terus digalakkan sehingga 'keran' aktivitas dan mobilitas publik bisa dibuka secara bertahap.

Lapangan kerja pun kembali tercipta, meski masih jauh dari level sebelum pandemi. Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, dalam Rapat Kerja dengan Kongres kemarin menyebut masih ada sekitar 9,5 juta orang yang belum kembali bekerja.

"Kondisi sudah membaik dibandingkan tahun lalu, tetapi masih ada jutaan orang yang benar-benar merasakan penderitaan ekonomi. Vaksinasi yang semakin cepat dan luas semoga menjadi awal untuk mengakhiri penderitaan tersebut," tutur AnnElizabeth Konkel, Ekonom di Indeed Hiring Lab, seperti dikutip dari Reuters.

Ya, Presiden Biden memang punya target tinggi dalam hal vaksinasi. Saat jumpa pers Gedung Putih, pengganti Donald Trump itu yakin pemerintah bisa menyuntikkan 200 juta dosis vaksin anti-virus corona dalam 100 hari pertama pemerintahannya.

"Saya percaya kami bisa melakukannya," tegas Biden, sebagaimana diwartakan Reuters.

Mengutip catatan Our World in Data, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Negeri Adidaya per 24 Maret 2021 adalah 130,47 juta dosis. Biden mulai menghuni Gedung Putih pada 20 Januari 2021 sehingga 100 hari pemerintahannya akan jatuh pada 30 April 2021, ada waktu sebulan lebih sedikit.

Per 24 Maret 2021, rata-rata tujuh harian vaksinasi di AS mencapai hampir 2,5 juta dosis per hari. So, target Biden bisa tercapai jika laju vaksinasi bisa dijaga di level yang sekarang, apalagi kalau bisa ditingkatkan

Lapangan kerja yang semakin terbuka dan cepatnya vaksinasi membuat prospek ekonomi AS sangat cerah. Biden menyatakan mayoritas pihak memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh lebih dari 6% tahun ini. Jika itu terwujud, maka akan menjadi laju tercepat sejak 1980-an.

Bagaimana pun AS masih kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Sang lokomotif, sang keplaa naga. Jika AS perkasa, maka niscaya yang lain akan kena berkahnya. Pemulihan ekonomi AS akan mengangkat kinerja ekspor negara-negara lain sehingga semua senang, semua bahagia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular