Pasar Saham RI Drop 4 Hari, Investor Mulai Beralih ke SBN

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
25 March 2021 18:22
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Kamis (25/3/2021) kembali ditutup menguat, di tengah melemahnya kembali pasar saham dalam negeri akibat sentimen negatif dari kenaikan kembali kasus Covid-19 di beberapa tempat di Benua Eropa.

Semua tenor SBN acuan (benchmark) kembali dikoleksi oleh investor, ditandai dengan kembali menurunya imbal hasil (yield) di semua SBN acuan. Untuk yield SBN tenor 1 tahun dengan kode FR0061 hari ini ditutup turun signifikan sebesar 12,1 basis poin (bp) ke level 3,805%.

Sementara itu, yield SBN seri FR0087 dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali turun sebesar 0,7 basis poin (bp) ke level 6,729%. Yield berlawanan dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, dan sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Harga SBN yang menguat dan yield SBN yang turun terjadi seiring dari pelemahan bursa saham dalam negeri yang kembali melemah pada hari ini, karena pasar khawatir dengan lonjakan kasus Covid-19 yang kembali terjadi di Eropa, sehingga investor cenderung kembali mengoleksi obligasi yang tentunya sebagai aset safe haven.

Selain itu, tren penurunan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) juga menjadi pendorong kenaikan harga SBN pada hari ini. Berdasarkan data dari situs World Government Bond, yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun kembali turun 0,8 bp ke level 1,614% pada perdagangan kemarin.

Namun, pada sore hari ini waktu Indonesia, yield Treasury kembali naik tipis yakni sebesar 0,9 bp ke level 1,623%. Sementara itu, selisih (spread) antara yield SBN tenor 10 tahun dengan yield Treasury AS berjatuh tempo 10 tahun pada sore hari ini sebesar 517,8 bp.

Akhir pekan lalu, yield Treasury sempat berada di atas 1,7%. Tidak jauh dari dividend yield indeks S&P 500 yang berada di kisaran 1,9%. Artinya, instrumen aman seperti obligasi memberi imbalan yang bersaing dengan aset berisiko.

Sementara itu, fokus investor saat ini adalah perkembangan pandemi virus corona, utamanya di Eropa. Sepertinya prospek ekonomi Benua Biru tidak akan secerah perkiraan sebelumnya.

Phillip Lane, Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (Europe Central Bank/ECB), mengungkapkan bahwa ekonomi Eropa tahun ini diperkirakan tumbuh 4%. Ini sudah memasukkan faktor karantina wilayah (lockdown). Namun Lane memperingatkan bahwa kuartal II-2021 bakal lumayan berat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular