Dear Investor Saham Nikel, Simak Kabar dari Luhut & CLSA!

Aldo Fernando & Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
25 March 2021 09:49
Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook dengan tema
Foto: Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook dengan tema

Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek pabrik baterai untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang digagas pemerintah kini menjadi sentimen positif bagi emiten nikel dan otomotif sehingga menjadikan prospek saham sektor ini terbuka lebar.

Saham-saham yang diuntungkan di antaranya emiten nikel PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) serta emiten raksasa otomotif PT Astra International Tbk (ASII). Hal itu disampaikan dalam riset terbaru sekuritas asal Hong Kong, CLSA Sekuritas.

Dalam riset yang dipublikasikan pada Selasa (23/4), CLSA bahkan menyematkan rekomendasi outperform rating dengan target harga Rp 6.100 untuk distributor mobil raksasa Tanah Air, ASII.

Riset CLSA 23 Maret 2021Foto: Riset CLSA 23 Maret 2021
Riset CLSA 23 Maret 2021

Pada penutupan perdagangan Rabu kemarin (24/3), saham ASII ditutup ambles 2,24% di harga Rp 5.450/saham dengan nilai transaksi Rp 220 miliar.

Periset CLSA Sarina Lesmina dan tim dalam riset mereka mengatakan ASII seharusnya mendapatkan keuntungan dari dominasi Toyota di segmen mobil hybrid. Selain itu, Toyota saat ini juga sedang mengejar teknologi kendaraan listrik baterai alias BEV.

Astra International mendominasi pasar mobil ICE dengan 50% pangsa di segmen roda empat dan 79% pangsa pasar kendaraan roda dua. Merek mobil andalan ASII, antara lain Toyota dan Daihatsu dalam segmen roda empat, serta Honda di segmen roda dua.

Toyota juga berada di garis depan teknologi hybrid secara global dan mengejar pengembangan kendaraan listrik baterai BEV.

Menurut CLSA, setelah meluncurkan beberapa model baru pada tahun 2020, Astra menguasai 79% penjualan mobil listrik di Indonesia, terutama dengan mobil hybrid Toyota hasil impor.

Dengan jaringan dealer yang kuat, layanan purna jual dan pengenalan merek, Astra memiliki posisi yang tepat untuk mendapatkan keuntungan dari inisiasi pemerintah dan berbagai tindakan pendukung. Perusahaan juga bekerja sama dengan pemerintah dalam uji kelayakan EV roda dua.

Sementara, untuk dua saham emiten nikel ANTM-INCO, CLSA memberi peringkat beli atau buy. ANTM dengan target harga Rp 4.000, sementara untuk INCO Rp 8.600.

Saham ANTM ditutup ambles 4,44% di level Rp 2.170/saham dan saham INCO juga jatuh 4,44% di posisi Rp 4.300/saham.

Rekomendasi CLSA ini dengan pertimbangan karena keduanya sudah bergerak di bidang pertambangan bahan baterai EV yang tak lain adalah nikel. Dengan demikian, kedua emiten ini seharusnya bisa menikmati keuntungan dalam proses persiapan produksi baterai kendaraan listrik.

"Di sisi makro, kami memperkirakan permintaan global yang kuat untuk kendaraan listrik (EV) dapat membantu mengurangi defisit transaksi berjalan dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia," tulis CLSA.

NEXT: Apa Kabar Tesla? Ini Pernyataan Terbaru Luhut

Sebagai informasi, pemerintah saat ini tengah membentuk Indonesia Battery Holding (IBH) yang beranggotakan BUMN seperti PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) alias MIND ID, lalu anak usahanya Antam, dan BUMN migas PT Pertamina (Persero).

Sebelumnya sentimen ini terus mendapat perhatian investor pasar modal. Apalagi beberapa waktu lalu, sempat geger kabar bahwa pabrikan mobil listrik Amerika Serikat (AS) besutan Elon Musk Tesla Inc. akan membangun mobil listrik di Tanah Air.

Walaupun, akhirnya dikonfirmasi oleh pemerintah bahwa Tesla tidak berinvestasi dalam produksi mobil listrik, melainkan Energy Storage System (ESS). ESS ini semacam 'power bank' dengan giga baterai skala besar yang bisa menyimpan tenaga listrik besar hingga ratusan mega watt (MW).

Terkait dengan Tesla ini, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyebut rencana produsen mobil listrik Tesla untuk berinvestasi di Indonesia. Rencana investasi Tesla ini terkait dengan hilirisasi nikel terutama menjadi baterai.

"Hilirisasi nikel kerjasama pertambangan hingga hilir termasuk dengan Tesla kita ada progress, Saya kira gak terlalu lama kita akan dengar progress baik dengan Tesla," ujar Luhut dalam CNBC Indonesia Mining Forum dengan Tema "Prospek Industri Minerba 2021", Rabu (24/3/2021).

Selain Tesla, beberapa perusahaan internasional telah masuk ke Indonesia dalam rangka pembuatan baterai. Perusahaan tersebut antara lain LG Chem dan CATL (China's Contemporary Amperex Technology (CATL). Sementara, beberapa perusahaan telah masuk dalam industri smelter nikel yang menjadi bahan baku baterai.

"Trend kadar nikel pada baterai semakin tinggi, supply nikel diproyekiskan tidak akan cukup," ujar Luhut.

Luhut pertama kali mengungkapkan rencana investasi Tesla di Indonesia pada pertengahan Desember 2020 lalu. Saat itu, publik menduga rencana Tesla adalah membangun pabrik mobil listrik di Indonesia.

Namun, Luhut menegaskan dirinya tidak pernah menyebut bahwa minat investasi Tesla di Indonesia terkait pembangunan pabrik mobil listrik.

Lalu, apa saja pembahasannya? Di sektor mana Tesla akan berinvestasi di Indonesia?

"Yang benar begini, kita sudah NDA (Non-Disclosure Agreement) dengan mereka. Saya nggak mau mengulangi kesalahan. Kita tidak tidak pernah bicara pabrik mobil. Ada enam sebenarnya di tempat mereka itu, ada Starlink, launching pad, hypersonic, battery lithium pack, stabilizer energi, itu yang kita bicarakan," paparnya saat diwawancarai Founder and Chairman CT Corp., Chairul Tanjung, di Economic Outlook 2021 CNBC Indonesia, Kamis (25/02/2021).

Menurutnya, besarnya potensi sumber daya bijih nikel di Indonesia menjadi salah satu daya tarik Tesla maupun calon investor lainnya untuk berinvestasi di Indonesia.

"Karena apa? Indonesia itu penghasil nickel ore (bijih nikel) terbesar di dunia, jadi mereka melihat potensi dari kita," ujarnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular