
Duh Gusti! Kok Trio Saham Big Cap ASII-UNVR-HMSP Drop Terus?

HMSP
Ketiga, saham produsen rokok raksasa HMSP sebenarnya tumbuh 7,66% dalam sebulan terakhir. Akan tetapi, secara YTD, saham anak usaha Philip Morris International ini terperosok sedalam 24,16%.
Sebenarnya, asing masih terus mengoleksi saham produsen rokok kretek Dji Sam Soe ini dalam sebulan terakhir, yakni sebesar Rp 193,42 miliar. Secara YTD pun asing melakukan beli bersih senilai Rp 134,10 miliar.
Merujuk pada laporan keuangan terakhir HMSP pada kuartal III 2020, emiten yang melantai di bursa pada Agustus 1990 ini mencatatkan laba bersih mencapai Rp 6,91 triliun, ambles 32,25% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 10,20 triliun.
Koreksi laba tersebut terjadi seiring dengan pendapatan yang juga menurun di periode Januari hingga September itu. Pendapatan produsen rokok Sampoerna Mild ini turun 12,55% menjadi Rp 67,78 triliun dari periode yang sama tahun 2019 Rp 77,51 triliun.
Apabila menilik per segmen, sigaret kretek mesin (SKM) masih menjadi andalan HMSP dengan menyumbang 66,81% dari total penjualan bersih pada triwulan III tahun lalu. Kemudian, disusul oleh sigaret kretek tangan (SKT) sebesar 22,67% dan di tempat ketiga sigaret putih mesin (SPM) sebesar 9,64%.
Informasi saja, produk SKM HMSP, yakni Sampoerna A (A Mild), yang menjadi andalan di pasar. Kemudian, ada Sampoerna U (U Mild) dan Philip Morris Bold.
Untuk SPM, HMSP mendistribusikan produk milik induk perusahaan PT Philip Morris Indonesia, Marlboro.
Manajemen HMSP mengakui, dampak negatif ekonomi akibat dari Covid-19 dan adanya kebijakan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dari pemerintah telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan perubahan prioritas belanja konsumen.
Efeknya berdampak pada penurunan volume industri rokok dan perubahan preferensi rokok konsumen dewasa ke produk-produk yang lebih terjangkau (downtrading) di Indonesia.
Selain, dampak pandemi, HMSP dan juga emiten rokok lainnya menghadapi efek kebijakan kenaikan tarif cukai rokok yang sudah resmi berlaku sejak 1 Februari 2021.
Khusus HMSP, produk rokok yang terkena dampak kenaikan tarif cukai adalah jenis SKM dan SPM. Kebijakan ini tampaknya akan mempengaruhi kinerja emiten ini, apalagi mengingat SKM adalah penyumbang pendapatan terbesar perusahaan.
Sementara itu, sang induk, Philip Morris International (PMI) Inc., juga melaporkan penurunan pendapatan di 2020 di tengah pandemi Covid-19. Volume penjualan rokok HMSP pun ikut terpengaruh pada tahun lalu.
PMI mencatatkan pendapatan bersih turun 3,7% menjadi US$ 28,69 miliar atau setara dengan Rp 402 triliun (kurs Rp 14.000/US$) pada 2020 dari 2019, yakni US$ 29,81 miliar.
Adapun laba operasi turun 0,5% menjadi US$ 11,69 miliar atau setara Rp 164 triliun dari tahun sebelumnya US$ 11,76 miliar. Volume penjualan rokok PMI di Indonesia juga anjlok sebesar 19,3% menjadi 79,5 miliar batang rokok dari 98,5 miliar batang rokok pada 2019.
Dengan demikian, pangsa pasar (market share) HMSP turun 3,4% menjadi 28,8% dari sebelumnya 32,2%.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam riset pada 23 Februari lalu, memperkirakan pendapatan HMSP pada kuartal IV 2020 naik 8,5% secara QoQ (quarter-on-quarter). Tetapi, raihan tersebut diperkirakan tetap lebih rendah dari periode yang sama 2019.
Saat ini HMSP belum menerbitkan laporan keuangan perusahaan tahunan (full year) 2020.
Mirae Asset memperkirakan kenaikan rerata harga jual atau average selling price (ASP) HMSP 1% secara QoQ pada triwulan IV tahun lalu, dengan kontribusi terbesar dari produk andalannya, A Mild.
"[Ini] berkat target pasar produk yang lebih tangguh karena kondisi ekonomi yang membaik seiring pembukaan kembali ekonomi telah berlangsung, termasuk pengoperasian kembali restoran di Jabodetabek pada Desember, meskipun dalam jam operasional yang lebih pendek," tulis analis Mirae Asset Christine Natasya dalam risetnya, dikutip Senin (22/3/2021).
Selain itu, pihak Mirae Asset memperkirakan HMSP akan mencatatkan penurunan pendapatan 12,4% secara year on year (YoY) pada kuartal IV tahun lalu. Tetapi raihan tersebut lebih baik dibandingkan dengan perolehan di dua kuartal terakhir, yakni -21,8% YoY pada kuartal II 2020 dan -14,0% YoY di kuartal III 2020.
Mirae Asset memprediksi, merek rokok non-unggulan HMSP masih akan menghadapi persaingan dengan merek yang lebih murah. Di samping itu, penurunan konsumen akan berlanjut pada tahun ini.
Broker asal Korsel ini juga meramal laba bersih HMSP mencapai Rp 2,5 triliun di kuartal IV 2020 atau -28,2% YoY. Proyeksi kumulatif Mirae Asset untuk laba bersih HMSP full year 2020 sebesar Rp 9,4 triliun atau ambles 31,2% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
