
Duh! Farmasi, Nikel & Bank Mini Loyo, Ini Sektor Buruan Baru

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham dari sektor buruan investor ritel kembali bertumbangan. Terbaru saham bank-bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 3-5 triliun) ambruk terkena ARB (Auto Reject Bawah, koreksi 7% dalam sehari) berjilid-jilid.
Sebelumnya spekulasi mengenai sebagai konsekuensi dari aturan regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebabkan investor ritel memborong saham-saham perbankan mini ini.
Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun 2020, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022, sehingga bank-bank dengan modal cekak harus mencari investor strategis untuk menyuntikkan modal.
Sontak saja pada akhir Februari lalu saham-saham bank mini ini melesat gila-gilaan.
Setelah kabut mereda dan ternyata bank-bank tersebut mengatakan tidak mengetahui adanya akuisisi oleh pemodal raksasa, akhirnya saham-saham bank mini tersebut bertumbangan hingga menyentuh level ARB berkali-kali.
Sebelumnya juga fenomena ini sudah pernah terjadi yakni di saham farmasi dan saham nikel.
Tercatat pada pertengahan tahun 2020 saham farmasi naik gila-gilaan setelah diborong oleh investor ritel dengan spekulasi bahwa saham-saham tersebut akan untung besar akibat vaksin Covid-19.
Nyatanya ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi), menjadi orang pertama yang divaksinasi di Indonesia saham-saham farmasi malah bertumbangan terkena ARB berjilid-jilid dan menelan banyak korban investor ritel yang 'nyangkut'.
Selanjutnya sektor nikel yang menjadi incaran setelah disebut-sebut Tesla akan menggelontorkan dana besar untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di Indonesia dan prospek komoditas nikel ke depan sangat cerah.
Sontak saja pada awal tahun 2020 saham-saham nikel melesat bak orang kerasukan sebelum akhirnya kembali bertumbangan setelah kejelasan investasi Tesla di Indonesia tidak menemui titik temu. Meski hari ini menguat, saham-saham nikel sepanjang bulan ini masih memberikan cuan negatif.
Terbaru saham-saham berbau teknologi-lah yang diburu oleh para investor ritel.
Sebut saja dua perusahaan yang dibangun dalam Grup Mahaka yakni PT Mahaka Media Tbk (ABBA), dan anak usahanya PT Mahaka Radio Intergra Tbk(MARI).
Usut punya usut ternyata menurut kabar yang beredar di kalangan para pelaku pasar, perusahaan media yang mengelola radio-radio di Indonesia ini akan kedatangan investor baru.
Tidak tanggung-tanggung investor baru yang dimaksud adalah perusahaan modal ventura raksasa Alpha JWC Ventures yang memang sudah tidak asing lagi berinvestasi di Indonesia. Tercatat portofolio investasi JWC Ventures di Indonesia termasuk Kopi Kenangan dan aplikasi Kredivo.
Kabarnya JWC Ventures siap menggelontorkan dana hingga US$ 20 juta atau senilai Rp 282 miliar (kurs Rp 14.100/US$) untuk mendanai segmen konten radio digital milik MARI yakni Noice.
Dalam pantauan CNBC Indonesia di laman Apps Store perangkat Apple, Noice sudah berada di urutan ke 15 dalam kategori musik dan mendapat rating sebanyak 3,4/5 dari 421 pengguna. Sedangkan di Google Playstore rating lebih tinggi yakni 3,9/5 dari 7223 pengguna.
Developer Noice mendeskripsikan aplikasi Noice sebagai berikut "Suka dengerin lagu apa? Atau penggemar setia podcast? #DengerinAjaDiNOICE. Aplikasi GRATIS yang punya ribuan lagu Indonesia dengan lirik yang bisa bikin kamu karaoke kapan aja di mana aja. Dengerin juga radio-radio terbaik dari Mahaka Radio Integra (Gen Fm, Jak Fm, Hot Fm, Kis Fm, Mustang Fm, Rayya dan Most Radio).
"Kamu juga bisa dengerin podcast dengan beragam genre: komedi, horor, lifestyle, zodiac, olahraga dan masih banyak lagi," begitu deskripsinya.
Saham MARI sendiri sudah melesat 184% sejak awal tahun terakhir meski saat ini sedang disuspensi bursa karena kenaikan yang tidak wajar, sedangkan induk usahanya ABBA sudah melesat 207% dalam kurun waktu yang sama.
Tidak hanya duo anak usaha Erick Thohir, saham berbau teknologi lain yakni PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) yang sebetulnya berbisnis rumah sakit OMNI Hospitals. Aksi korporasi rights issue di mana PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) masuk dan menjadi pemegang saham pengendali menjadi pemicunya.
Kabar yang beredar di kalangan para pelaku pasar sendiri SAME akan ditransformasikan bisnisnya tak sekedar rumah sakit konvensional tapi akan merambah ke sektor telemedicine di mana akses terhadap dokter dan obat-obatan bisa didapat secara daring.
Diketahui EMTK juga memiliki rumah sakit EMC (PT Elang Medika Corpora) dan menjadi pengendali bersama Kalbe perusahaan telemedicine KlikDokter
Sontak saja hal ini membuat para investor ritel berebut membeli saham SAME yang akhirnya membuat sahamnya melesat kencang 143% selama tahun berjalan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
