Saham ANTM-INCO Cs Sudah Mahal, Masuk Telat Enggak Yah?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
22 March 2021 07:59
Tambang emas bawah tanah Pongkor, Jawa Barat, milik Antam (Doc.Antam)
Foto: Tambang emas bawah tanah Pongkor, Jawa Barat, milik Antam (Doc.Antam)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten tambang nikel di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepekan terakhir kompak merosot tajam seiring dengan aksi jual bersih investor setelah sebelumnya saham-saham sektor ini mencatatkan penguatan signifikan.

Data BEI mencatat, pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu (19/3/2021), hanya saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) atau Latinusa yang ditutup naik 0,41% di posisi Rp 1.215.

Sementara saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Timah Tbk (TINS) ditutup merosot. Saham ANTM minus 1,75%, INCO drop 1,96% dan saham TINS turun 2,70%. Adapun saham emiten batu bara yang baru-baru ini masuk tambang nikel, PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga turun 4,63% di Jumat lalu.

Berikut pergerakan harga saham empat emiten nikel selama sepekan (15-19 Maret) dan tren jual bersih (net sell) asing atas saham-saham tersebut.

Saham Emiten Nikel Sepekan (15-19 Maret)

1. Timah (TINS), saham -11,76% Rp 1.800, net buy Rp 43 M, sebulan -24,69%

2. Antam (ANTM), saham -7,02% Rp 2.250, net sell Rp 156,23 M, sebulan -19,06%

3. Harum Energy (HRUM), saham -4,19% Rp 5.150, net sell Rp 16 M, sebulan -27,21%

4. Pelat Timah (NIKL), saham -3,19% Rp 1.215, net sell Rp 209 juta, sebulan -15,03%

5. Vale Indonesia (INCO), saham -3,02% Rp 4.500, net sell Rp 95 M, sebulan -27,52%

NEXT: Analisis target harganya

CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, menilai reli harga saham ANTM dan lainnya yang terjadi sebelumnya digerakkan pula dengan penguatan dan tren permintaan nikel.

"Ini menunjukkan nikel mempengaruhi kinerja dari ANTM sendiri," kata Bernadus dalam program InvesTime, Kamis (18/3/2021).

Dia mengatakan tren nikel ini terjadi karena kebutuhan nikel meningkat akibat permintaan kendaraan listrik yang juga naik.

Pihaknya memprediksi aksi jual atas saham ANTM terjadi pada level harga Rp 2.200. Dia juga memprediksi target harga saham ANTM jika tembus (break out) level Rp 2.430/saham, maka menuju level berikutnya Rp 2.630 hingga Rp 2.970 dan Rp 3.300/saham. Bahkan jika mempertimbangkan fundamentalnya, harga saham ANTM bisa mencapai Rp 3.900/saham.

Data BEI mencatat saham ANTM pernah tembus Rp 3.190/saham pada pertengahan Januari 2021.

Bernadus juga mengatakan jika harga nikel stabil, tidak jadi masalah untuk mempertahankan memegang saham ANTM alias hold.

"Apabila harga nikel bisa diperkirakan stabil di kisaran harga US$ 18.000 per ton, its okay to hold [saham ANTM]. Apalagi kalau masuk ke harga Rp 2.800-2.900," kata dia.

Namun bila ada sentimen negatif, misalnya saat Elon Musk, pemilik pabrikan mobil listrik Tesla Inc, mengungkapkan akan mengganti nikel jadi iron (besi) untuk bahan baku kendaraan listriknya, maka ini bisa memukul harga nikel secara signifikan.

Bila itu terjadi, maka melakukan penjualan lebih awal di area support (batas bawah saham ANTM) dan melakukan trading untuk ANTM.

"Bisa Prediksi melakukan penjualan lebih awal melakukan aktivitas lagi di dekat area support, trading saham ANTM.

Sementara untuk saham TINS akan berada di kisaran angka Rp 1.700-1.800/saham. Adapun yang perlu diwaspadai adalah level harga Rp 2.070 sebelum ke area Rp 2.220-2370/saham.

Sedangkan INCO mengalami koreksi cukup signifikan dari sisi harga sahamnya. Target harga TINS adalah semakin dekat ke level Rp 4.500 dan targetnya Rp 7.350/saham.

Untuk TINS dan INCO, Bernadus mengatakan perlunya menggunakan strategi investasi yang baik mengingat kedua saham ini masih prospek dengan kecenderungan harga nikel yang geraknya luar biasa.

Tapi dia mengingatkan pula para investor untuk mencermati laporan keuangan serta melihat pergerakan harga nikel dunia sebelum memperhatikan pula gerak saham-saham ini.

"Saat ini harga komunitas nikel di area support US$ 15.500 sampai US$ 16.600 per ton," kata dia.

Mengacu data BEI, posisi harga saham sejumlah emiten nikel ini pun cukup di atas rata-rata yang tergambar dari rasio harga saham terhadap laba atau price to earnings ratio (PER).

PER juga merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya. Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.

Hingga Jumat pekan lalu (19/3), PER INCO 38,30 kali, TINS minus 39,36 kali, ANTM 47,04 kali, HRUM 27,20 kali dan NIKL 79,76 kali dan merupakan tertinggi.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular